Selasa 04 Aug 2015 15:28 WIB
Muktamar Muhammadiyah

Muhammadiyah Ingin Tetap Menjaga Netralitas

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Ilham
 Anggota DPR Ali Taher Parasong,(tiga dari kiri), Abdul Muti, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, Hajriyanto Y Thohari, Izzul Muslimin, dan Ketua Panitia Milad Edi Agus Yanto (Kanan)
Foto: istimewa
Anggota DPR Ali Taher Parasong,(tiga dari kiri), Abdul Muti, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, Hajriyanto Y Thohari, Izzul Muslimin, dan Ketua Panitia Milad Edi Agus Yanto (Kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Calon Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang kini menjabat Sekretaris PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengaku terdapat tantangan yang muncul dari situasi eksternal organisasi. Mu'ti mengatakan, sejumlah peristiwa politik nasional melibatkan warga Muhammadiyah dan dapat memengaruhi idealisme yang tertanam.

"Yang terdekat adalah tantangan Pilkada serentak," ujarnya di Makassar, Selasa (4/8).

Pimpinan Muhammadiyah, terangnya, harus menjadi figur yang bisa berdiri di atas semua kelompok. Mu'ti mengakui politik bagi Muhammadiyah merupakan bagian dakwah karena melibatkan tata kehidupan kebangsaan. Meski begitu, pimpinan Muhammadiyah harus tetap konsisten dalam gerakan dakwahnya.

Selain itu, netralitas Muhammadiyah dalam berpolitik dinilai penting. Mu'ti mengatakan, Muhammadiyah harus menjadi rumah besar. "Netralitas Muhammadiyah dibangun atas prinsip menjaga jarak dengan Parpol yang ada," kata Mu'ti.

Tantangan Muhammadiyah yang belum selesai adalah meningkatkan kualitas taraf hidup masyarakat. Mu'ti mengaku, Muhammadiyah mampu menjadi organisasi terbesar yang melayani bidang pendidikan, tapi belum tentu yang terbaik.

Ia mencontohkan, saat ini, ada sekolah Muhammadiyah yang menolak murid-murid karena jadi sekolah favorit. Namun ada juga yang justru kesulitan mencari murid.

Mu'ti lantas menekankan untuk mewujudkan gerakan-gerakan inovatif dan memantapkan Muhammadiyah agar bisa menjadi pionir untuk pembaharuan. "Ke depan perlu ada perubahan strategi, terutama pada inti bisnis Muhammadiyah, yaitu pendidikan dan kesehatan," kata Mu'ti.

Mu'ti mengaku Muhammadiyah juga perlu mendominasi dakwah keagamaan di media massa. Mu'ti mengakui, Muhammadiyah saat ini kurang mendominasi dalam menyebarkan prinsip dan paham ajarannya. Agama Islam semestinya bisa menjadi sumber ajaran dan nilai. "Tentu pola dakwah Muhammadiyah diperlukan untuk diperbaiki supaya bisa tetap menjadi referensi bagi masyarakat," kata Mu'ti.

Mu'ti mengatakan, Muhammadiyah juga masih belum bisa menjadi sebuah kekuatan ekonomi. Oleh karena itu, kewirausahaan menjadi tantangan serius. Ia menyatakan, Majelis Pemberdayaan Masyarakat perlu bergerak memperbaiki, terutama bidang kesejahteraan sosial.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement