REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina (persero) belum mau menurunkan harga BBM jenis Premium dan Solar meski saat ini harga minyak dunia semakin merosot.
Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengungkapkan, saat ini Pertamina belum bisa mendapatkan keuntungan meski harga minyak dunia turun tajam. Perhitungan keuntungan dihitung dari harga minyak mentah rata-rata sebulan, tiga bulan, atau enam bulan serta kurs rata-rata dalam periode yang sama.
Ahmad juga menambahkan, saat ini meski harga minyak dunia turun namun kurs rupiah juga sedang melemah. Jadi, menurutnya, dua parameter ini tidak bisa dipisahkan.
"Harga crude saat ini turun, tapi rata-ratanya masih berapa, atau turun berapa persen? Lalu, apa kurs nya tetap atau naik berapa? Coba dari 12.000 sekarang 14.000, naik berapa persen. Turunnya harga crude, apakah sudah bisa mengkompensasi kenaikan kurs?" ujar Ahmad, Rabu (26/8).
Selain itu, Ahmad menegaskan untuk harga premium dan solar adalah kewenangan pemerintah. Ahmad menyebutkan, harga BBM sendiri pada dasarnya bisa turun apabila sebelumnya harga BBM ikut naik saat harga minyak dunia naik. Tetapi hal tersebut tidak terjadi ketika harga minyak dunia sempat naik beberapa waktu lalu.
Sekadar informasi, harga jual premium saat ini adalah Rp 7.400 per liter di wilayah Jawa dan Bali, sedangkan di luar Jawa dan Bali Rp 7.300 per liter. Adapun solar bersubsidi dijual Rp 6.900 per liter, sedangkan minyak tanah Rp 2.500 per liter.