Senin 31 Aug 2015 15:36 WIB
Rupiah Melemah

Rupiah Anjlok, Pengusaha Tahu Mulai Tercekik

Rep: Lilis Handayani/ Red: Ilham
Pengrajin memproduksi tahu di Jakarta, Ahad (30/8).  (Republika/Wihdan)
Pengrajin memproduksi tahu di Jakarta, Ahad (30/8). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah telah berimbas pada naiknya harga kedelai impor. Kondisi itupun mengancam usaha pembuatan tahu dan tempe lokal di Kabupaten Indramayu.

Salah seorang pemilik pabrik tahu Mulya Jaya di Blok Bungkul Timur, Desa Bojong Sari, Kecamatan Sindang, Suatno (35) menjelaskan, sejak dolar naik, harga kedelai impor yang menjadi bahan baku pembuatan tahunya juga ikut naik. Dia menyebutkan, harga kedelai yang semula Rp 7.000 per kilogram kini menjadi Rp 7.400 per kilogram.

''Harga kedelai naik sejak sebulan terakhir,'' ujar Suatno saat ditemui Republika di pabrik miliknya, Senin (31/8).

Suatno mengatakan, meski harga kedelai naik, namun dia tidak bisa ikut menaikkan harga tahu yang kini dijualnya Rp 200 per potong. Dia juga tidak bisa memperkecil ukuran tahu yang diproduksinya.

Menurut Suatno, kenaikan harga jual tahu maupun ukuran tahu yang diperkecil akan membuatnya diprotes dan ditinggalkan oleh pembeli. Dia pun takut akan kalah bersaing dengan pabrik lainnya.

Pria yang sudah menggeluti usaha pembuatan tahu selama sepuluh tahun itu akhirnya memilih untuk mengurangi keuntungan yang diperolehnya setiap hari. Dia menyebutkan, keuntungannya kini menurun hingga 50 persen dari kondisi normal.

Suatno menjelaskan, setiap hari membutuhkan tiga kuintal kedelai untuk produksi tahu sebanyak 150 nampan besar. Setiap nampan besar berisi 140 potong tahu.

Suatno mengaku khawatir harga kedelai akan terus naik. Jika harga kedelai menembus hingga angka Rp 8.000 per kilogram, maka dia tidak akan mampu meneruskan usahanya. ''Pabrik ya akan tutup,'' terang pria yang memiliki enam orang karyawan tersebut.

Suatno berharap harga dolar akan segera turun. Dengan demikian, harga kedelai juga akan ikut turun.

Sementara itu, ketika ditanyakan mengenai kedelai lokal, Suatno menegaskan, kedelai lokal secara kualitas lebih baik dibandingkan kedelai impor. Namun, kedelai lokal susah didapat akibat minimnya jumlah petani yang menanam kedelai. ''Kalau kedelai lokal ada mah kita juga pengen. Tapi masalahnya susah nyari stoknya,'' tandas Suatno.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement