REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berada di ketinggian 850 meter dari permukaan air laut, Kota Tlemcen, di wilayah barat Aljazair, berperan penting dalam perkembangan budaya Islam. Bahkan, kota ini ditetapkan sebagai ibu kota kebudayaan Islam tahun 2011.
Penetapan ini dilakukan dalam konferensi para menteri kebudayaan negara Islam di Baku, Azerbaijan, pada 2009. Komunitas institusi kebudayaan negara-negara Islam itu bernama Islamic Educational, Scientific, and Cultural Organisation (Isesco).
Meski bukan kota besar, Tlemcen memiliki sejarah panjang dalam proses pembangunan peradaban Islam. Tak diketahui secara persis kapan kota tersebut berdiri. Pada masa sebelum masehi, kota ini dihuni bangsa Numidia dengan rezim Berber yang dipimpin Raja Syfax.
Mulai tahun 32 Masehi hingga 430 Masehi, datanglah bangsa Romawi, Vandal, dan Bizantium. Sedangkan, pengaruh Islam mulai datang ke Tlemcen pada abad ketujuh, yakni tahun 671 Masehi bersamaan dengan datangnya bangsa Arab.
Pada 790 Masehi, Dinasti Idrissides dari Fes, Maroko, menduduki kota tersebut. Dari Dinasti Idrissides, wilayah itu jatuh ke tangan Youcef Ibn Tachfine dan anaknya Ali bin Youcef. Periode ini disebut dengan Almoravide.
Selanjutnya, pembangunan peradaban Islam di Tlemcen diteruskan oleh Abdelmoumene Ben Ali mulai tahun 1143. Periode ini dikenal dengan sebutan periode Almohad. Pada periode ini, bukan hanya peradaban Islam yang dikembangkan, pertumbuhan ekonomi juga terus didorong.
Perubahan yang sangat pesat di wilayah tersebut terus terjadi. Kondisi ini terlihat mulai abad ke-13 hingga abad ke-16. Saat itu, dinasti yang menguasai Tlemcen adalah Dinasti Zianides yang didirikan oleh Yagmorachen.
Kekuasaan atas Tlemcen kemudian diteruskan oleh Abu Zain Othmane, Abou Ziane I, dan Abou Tachfine. Dalam masa ini, pengelolaan Kota Tlemcen berlangsung lebih modern. Pada 1236 Masehi, dinasti itu membangun masjid agung di pusat kota.
Hingga saat ini, masjid tersebut masih berdiri kokoh dengan menara persegi empat. Bagian dalam masjid dipenuhi tiang dengan bentuk kubah poligon. Bangunan ini menjadi salah satu landmark Tlemcen dan banyak dikunjungi orang yang ingin melihat masa lalu kota tersebut.
Masjid agung Tlemcen juga memiliki mihrab dengan ornamen yang sangat kuat dipengaruhi warna seni Andalusia. Bentuk desain interiornya juga mirip dengan Masjid Kordoba. Corak dominan dari bangunan mihrab itu merupakan gabungan bentuk mawar dan pohon palem.
Dinasti tersebut juga membangun seluruh kompleks administrasi di pusat pemerintahannya yang berada di wilayah Mechoar. Wilayah ini berada di pusat Kota Tlemcen dan saat itu dikelilingi tembok tinggi atau benteng sebagai pelindung.
Sebagian bentengnya masih terlihat kokoh berdiri sampai sekarang. Namun, sebagian lainnya sudah runtuh atau berubah menjadi bangunan lain yang lebih modern. Satu lagi bangunan masjid yang juga monumental di Kota Tlemcen adalah Masjid Mansourah.
Masjid ini dibangun oleh Sultan Abou Yacoub pada 1299 periode Merinide. Saat itu, wilayah Kota Tlemcen dikembangkan menjadi seluas 101 hektare. Seluruh wilayah Tlemcen ketika itu dikelilingi tembok yang sampai saat ini juga masih terlihat bekasnya.
Selain untuk menjaga wilayah dari serangan pihak asing, tembok tinggi ini juga berguna untuk mengontrol pergerakan seluruh warga Tlemcen. Saat itu, tembok yang mengelilingi Tlemcen dilengkapi dengan 80 menara dan empat pintu gerbang.
Dari abad ke-13, Tlemcen pun terus berkembang. Berbagai monumen dibangun sebagai saksi sejarah berdirinya kota tersebut. Pada abad belasan itu pula, Tlemcen mulai menjalin hubungan dagang dengan wilayah lain di Afrika dan juga sebagian wilayah Eropa.
Lalu, kehidupan komersial pun lahir dan ditandai dengan berdirinya wilayah perdagangan bernama El Kessaria. Wilayah komersial itu kemudian banyak didatangi Muslim dari Andalusia dan juga warga Yahudi dari daerah lain di Spanyol.
Saat itu, penduduk Kota Tlemcen mencapai 100 ribu jiwa dan tergolong menjadi kota besar. Sejarah mencatat, tahun 1236, Muslim Andalusia yang berada di Tlemcen mencapai 50 ribu jiwa. Karena itulah, pengaruh Andalusia menjadi sangat kuat dan masih terasa hingga sekarang.
Setiap tahun, pemerintah kota setempat menggelar festival musik Andalusia. Hal itu menjadi salah satu bukti masih bercokolnya pengaruh Andalusia di Tlemcen. Perkembangan yang berjalan pesat pun menjadikan Tlemcen diperebutkan banyak pihak.
Dari wilayah sebelah barat, masuk pengaruh Dinasti Merinidas yang membangun Masjid Sidi Boumediene dan Sidi Haloui serta istana kemenangan di Mansourah. Bangunan-bangunan tersebut masih bisa terlihat hingga saat ini.
Hampir bersamaan juga masuk pengaruh kekuasaan Turki antara abad ke-16 hingga abad ke-19. Kemudian, kolonialisme mulai masuk Tlemcen tahun 1842 dengan datangnya Prancis. Kekuasaan Prancis di Tlemcen bercokol hingga tahun 1962 bersamaan dengan merdekanya Aljazair.
Sepanjang masa penjajahan Prancis, Tlemcen tidak banyak mengalami perubahan tata kota. Begitu merdeka tahun 1962, wilayah kota tersebut sudah mencapai 300 hektare dan sebagian di antaranya merupakan kawasan industri.
Pada 1987, penduduk Tlemcen mencapai 112 ribu jiwa dan terus berkembang hingga saat ini mencapai sekitar 200 ribu jiwa. Selain kota budaya dan komersial, wilayah tersebut juga sempat dikenal sebagai kota pelajar. Jejak peninggalan tradisi keilmuan di kota ini juga ada.
Paling tidak, jejak peninggalan itu terlihat di dua lokasi bersejarah, seperti Dar El Hadith dan Medersa Franco-Muslim. Dar El Hadith didirikan tahun 1937 sebagai tempat untuk mengkaji bahasa Arab dan agama Islam.
Tempat pendidikan ini dikelola oleh komunitas ulama. Di masa penjajahan Prancis, pusat kajian Islam ini sempat tutup. Begitu Aljazair merdeka, Dar El Hadith pun dihidupkan kembali. Sekitar tahun 1990, lembaga ini mengalami perkembangan pesat.
Sedangkan, Medersa Franco-Muslim atau madrasah untuk Franco-Muslim didirikan tahun 1905. Sekolah ini termasuk lembaga pendidikan bergengsi yang menghasilkan banyak tokoh Islam di wilayah itu. Kota ini memiliki banyak peran dan sejarah bagi peradaban Islam.
Presiden Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Tlemcen, Amine Lachachi, mengungkapkan bahwa 80 persen situs peninggalan Islam di Aljazair berada di Tlemcen. Hingga saat ini, kehidupan tradisi Islam pun berjalan sangat kuat di wilayah tersebut.
Sumber: Pusat Data Republika/Irfan Junaidi