REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak dunia diprediksi belum akan membaik pada tahun depan. Indonesian Petroleum Association (IPA) memprediksi harga minyak dunia masih rendah di tahun depan dan memaksa perusahaan migas melakukan efisiensi dengan cara memangkas pekerja dan mengurangi investasi.
Presiden IPA Craig Stewart mengatakan harga minyak dunia telah turun hingga 50 persen hingga Oktober 2015 kemarin. Harga minyak dunia yang pada Juli 2014 berada pada level 100 dolar AS per barel terus merosot menjadi 50 dolar AS per barel pada awal 2015. Saat ini, harga minyak justru mendekati level 40 dolar AS per barel.
"Rendahnya harga minyak diperkirakan berlanjut hingga tahun depan yang disebabkan kelebihan pasokan," kata Craig usai Rapat Umum Tahunan IPA di Hotel Darmawangsa Jakarta, Rabu (2/12).
Craig menjelaskan, pada kuartal pertama 2015 pelaku migas sebetulnya merasa optimis harga minyak bakal membaik pada akhir 2015. Hal ini karena harga minyak sempat bertengger di level 60 dolar AS per barel. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama lantaran harga minyak kembali terkoreksi pada Juli dan jelang akhir tahun harga minyak berada di kisaran 40 dolar AS per barel.
Keadaan tersebut memaksa pelaku usaha untuk restrukturisasi besar-besaran kegiatan operasi dan investasi.
"Dampak ini tidak hanya terasa di Indonesia tapi juga industri migas di seluruh dunia," ujarnya.
Baca berita lain:
Yuan Beri Peluang Perbaikan Neraca Dagang Cina-Indonesia
Pengusaha akan Beralih Gunakan Yuan Cina