Rabu 16 Dec 2015 05:01 WIB

Islamofobia di Amerika Capai Titik Krisis

Rep: c13/ Red: Agung Sasongko
Islamofobia
Foto: youtube
Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Para pemimpin kelompok Muslim di Amerika Serikat (AS) bertemu dengan para penasihat Gedung Putih awal pekan ini. Mereka mendesak pemerintah federal agar bisa menuntut kekerasan terhadap Muslim.

“Kekerasan terhadap Muslim harus dianggap sebagai kejahatan kebencian,” ujar Direktur Eksekutif Adovakasi Muslim, sebuah organisasi legal di San Fransisco, Farhana Khera seperti dikutip laman New York Times, Rabu (16/12). Menurut dia, tindakan ini sudah lama berlangsung dan terus dirasakan oleh para Muslim. Hal ini telah dialami mereka sejak serangan di Paris beberapa waktu lalu.

Karena kondisi tersebut, Khera meyakini bahwa  tingkat kekerasan dan kebencian telah mencapai titik krisis. Oleh sebab itu, dia mendorong pemerintah federal untuk mengirim pesan kepada publik. Mereka harus menyatakan bahwasanya kejahatan kebencian ini akan dituntut untuk sepenuhnya dalam ranah hukum.

Khera mengatakan ,Advokat Muslim telah melihat 50 serangan terhadap Muslim. Tindakan ini telah terekam sejak serangan Paris yang bisa terjadi rata-rata dua kali dalam sehari. (Baca: Amerika Terbuka untuk Semua Imigran)

Sebelumnya, sekitar selusin pemimpin Muslim bertemu dengan penasihat senior Gedung Putih. Mereka membahas kekerasan dan kebencian yang dialami masyarakat Muslim.

"Mereka mengekspresikan perhatian yang tulus tentang kebencian dan kekerasan anti-Muslim, dan benar-benar yang dialami kita. Mereka ingin mendengar langsung dari masyarakat tentang dampak dan apa yang dapat dilakukan pemerintah federal," kata Khera.

Dari pertemuan itu, Khera menyatakan, pihaknya telah membahas rencana ihwal dunia Pendidikan.  Mereka nantinya akan  memberikan bimbingan ke sekolah tentang bagaimana untuk menangani intimidasi anti-Muslim.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement