Kamis 17 Dec 2015 13:41 WIB

BEI Sebut Sentimen Pasar Lebih Tenang

Red: Nur Aini
Seorang pria melihat monitor saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (8/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Seorang pria melihat monitor saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai dampak buruk dari kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) sudah diprediksi sehingga pasar saham domestik bergerak positif.

"Dampak buruk dari naiknya suku bunga the Fed sudah diprediksi pasar, sekarang menjadi lebih bagus karena ketidakpastian sudah tidak ada lagi, dan menurut saya kebijakan the Fed membuat ketenangan, lebih baik daripada kembali menunggu-nunggu seperti waktu sebelumnya," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Kamis (17/12).

Ia menambahkan bahwa meski bank sentral AS menaikan suku bunga acuannya, tetapi imbal hasil investasi yang ditawarkan di Amerika Serikat masih nol persen, sementara Indonesia menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi sehingga masih dapat menarik minat investor untuk masuk ke dalam negeri.

"The Fed menaikan suku bunga menjadi 0,50 persen, masih 'zero', sementara suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) di level 7,5 persen," ucapnya.

Melihat hal itu, Tito Sulistio mengharapkan bahwa Bank Indonesia dapat menurunkan BI Rate sehingga jarak dengan suku bunga AS tidak terlalu tinggi. Apalagi, inflasi Indonesia juga tercatat rendah pada tahun ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada November 2015 sebesar 0,21 persen. Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-November 2015 tercatat mencapai 2,37 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) 4,89 persen.

Berdasarkan perkembangan inflasi hingga November 2015, Bank Indonesia meyakini inflasi 2015 akan berada di batas bawah kisaran sasaran 4 plus minus 1 persen. "Jarak BI Rate dengan inflasi cukup lebar sekitar 3,5 persen, semoga BI mau menurunkannya," ujarnya.

Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan bahwa ada dorongan dari pemerintah agar Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan demi mendukung bagi pertumbuhan ekonomi. "Memang sangat berisiko bagi BI, jika memuluskan permintaan dari pemerintah untuk saat ini, karena akan berdampak besar atas potensi keluarnya dana asing dari dalam negeri. BI diperkirakan mempertahan BI rate-nya," tuturnya.

Rencananya pada Kamis ini, Bank Indonesia akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur. Besaran BI Rate akan ditentukan dalam RGD Bank Indonesia hari ini.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement