REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menjelaskan, pihaknya saat ini telah mendapatkan jumlah perusahaan sektor minyak dan gas (Migas) yang telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pelemahan sektor Migas.
"Ya, ada sekarang di kita," ujar Suryamin usai konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Senin (1/2).
Namun, Suryamin masih enggan memberikan data pasti mengenai jumlah karyawan yang telah di PHK dari perusahaan Migas. Menurut Suryamin pihaknya baru akan mengekspose hal ini bersamaan dengan kondisi perekonomian Indonesia dalam waktu dekat.
"Nanti Jumat kita rilis tentang pertumbuhan ekonomi semuanya, termasuk sektor Migas," kata Suryamin.
Suryamin pun belum bisa memastikan apakah kondisi sektor Migas yang saat ini tengah menurun membuat PHK di sektor ini masih terus terjadi. "Saya belum lihat lagi. Pokoknya nanti," kata Suryamin.
PHK di sektor Migas memang sedang ramai diperbincangkan. Kemungkinan pemutusan kerja ini santer dibicarakan karena industri migas memang tengah mengalami pelemahan. Harga minyak dunia yang masih berada di kisaran harga 40 dolar AS per barel membuat perusahan perminyakan semakin tertekan.
Sebelumnya, CEO Star Energy, Sudy Suparman mengaku kondisi harga minyak saat ini membuat Star Energy harus mengurangi karyawannya. Tak tanggung-tanggung sekitar 40 persen karyawan Star Energy bakal dirumahkan. Namun, angka ini akan diprioritaskan untuk karyawan yang masuk masa pensiun.
Selain melakukan PHK, Star Energy pun belum mau merekrut karyawan baru unruk mengganti karyawan yang mengundurkan diri maupun pensiun. Perusahaan pun telah melakukan komunikasi tentang penghematan yang dilakukan kepada seluruh karyawan yang ada.
Baca juga: Pemerintah akan Negosiasi Ulang Rencana Kerja Perusahaan Migas