Oleh Sari Narulita
REPUBLIKA.CO.ID, Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW berkata, ''Dari sebaik-baik bukti keislaman seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak berkaitan dengan dirinya.'' Hadis ini mengingatkan kita bahwa bila kita masih sibuk dengan permasalahan orang lain, maka kualitas iman kita masih dapat dipertanyakan.
Mempersoalkan hal-hal orang lain --yang tidak berkaitan dengan diri-- biasa terjadi saat bergosip. Tindakan ini pula yang disebut ghibah. Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, menjelaskan tentang hal itu.
''Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah?'' Para sahabat menjawab, ''Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.''Lalu Rasulullah berkata, ''Ia adalah menyebutkan apa-apa yang ada dalam saudaramu dari sesuatu yang kurang disukai.''
''Bagaimana apabila memang itu benar adanya?'' ''Kalau benar apa yang kamu katakan, maka kamu telah berbuat ghibah, namun apabila yang kamu katakan adalah tidak benar, maka kamu telah membuat kebohongan atasnya.'' HR Muslim.
Untuk hukumnya, Allah telah menerangkan dalam surat Al-Hujurat ayat 12, ''Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian dari kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah seseorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.''
Selain berbahaya bagi orang yang digosipkan, ghibah juga berakibat negatif pada pelaku. Pikiran adalah saluran mental yang menyampaikan pesan positif dan negatif. Bila seseorang suka membicarakan orang --yang biasanya adalah aib dan keburukannya-- maka secara tidak langsung, pemancar yang terpasang adalah pemancar negatif yang menyebabkan ia selalu berpikiran buruk dan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain.
Karena itu, ada bahaya bila kita mendengar komentar negatif tentang orang lain, karena kita pun akan berusaha negatif pada orang lain. Lebih berbahaya lagi, kadang tanpa sadar, orang lebih senang menambahkan bensin dalam pembicaraan negatif tersebut.
Untuk selalu dapat hidup optimistis, maka janganlah menebarkan pancaran negatif atas orang lain dan jangan juga mendengarkan pernyataan negatif atas orang lain. Tetaplah selalu berpikiran positif akan orang lain.
Benjamin Franklin, seseorang yang sangat tidak bijaksana dalam masa mudanya, bisa menjadi sangat diplomatis dan begitu mahir dalam menangani hubungan sesama manusia. Rahasia suksesnya? ''Saya tidak akan bicara hal buruk tentang seorang pun,'' katanya. Ia hanya membicarakan hal baik tentang semua orang.