REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Induk sepak bola tertinggi dunia, FIFA, melaksanakan kongres luar biasa usai penonaktifan ketua mereka, Sepp Blatter, akhir tahun lalu, Jumat (26/2). Dalam kongres tersebut, sempat diisukan akan diangkat pula pembahasan mengenai nasib sepak bola Indonesia dan Kuwait.
Pembahasan ini disebut-sebut akan disinggung karena status pembekuan sepak bola Indonesia dan Kuwait oleh FIFA dalam setahun terakhir ini terus terkatung kejelasannya. Hal ini terjadi karena FIFA sendiri sedang terguncang isu korupsi yang membuat mereka harus terlebih dulu fokus pada urusan rumah tangga sendiri.
Pada agenda yang ditulis FIFA dalam laman resminya, nasib Indonesia dan Kuwait baru akan dibicarakan pada kongres tahunan di Meskiko, 12-13 Mei mendatang. Jadwal agenda ini merupakan rekomendasi langsung dari Komite Eksekutif (KE) FIFA. Di dalam KE tersebut, induk sepak bola Asia, AFC, sebagai badan yang menaungi Indonesia dan Kuwait, juga ambil bagian.
''Kongres Luar Biasa FIFA memutuskan pada Jumat (26/2), kasus pembekuan Indonesia dan Kuwait baru akan dibahas pada pertengahan tahun ini di Meksiko,'' demikian bunyi pernyataan resmi FIFA, Jumat (26/2).
Dengan putusan tersebut, Indonesia dan Kuwait dipastikan tidak bisa ikut andil memberikan suara dalam pemilihan ketua baru FIFA. Meski demikian, putusan tentang agenda pembahasan pembekuan Indonesia dan Kuwait masih bisa berubah.
Disebutkan, hasil Kongres Luar Biasa hari ini akan diumumkan sehari kemudian atau Sabtu (27/2). Di dalamnya, selain pengumuman resmi mengenai Ketua FIFA yang baru, nasib sepak bola Indonesai dan Kuwait juga akan dikeluarkan sementara.
Akan tetapi, melihat agenda utama Kongres Luar Biasa ialah pemilihan pemimpin yang baru, maka hampir dipastikan pembahasan Indonesia dan Kuwait baru akan dibahas pada kongres selanjutnya. ''Hal ini memperhatikan kemungkinan adanya pergantian kepengurusan dan program dalam tubuh FIFA seiring pemilihan presiden baru,'' lanjut pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Indonesia melalui induk pengurus sepak bolanya, PSSI, dibekukan oleh Komite Eksekutif FIFA pada 30 Mei 2015. Alasannya, FIFA menilai dunia sepak bola Indonesia sudah tercemar intervensi pemerintah.
Nasib serupa juga dialami oleh asosiasi sepak bola Kuwait, KFA, lima bulan berselang. Tepatnya pada 16 Oktober 2015, untuk alasan serupa dengan PSSI, FIFA membekukan sepak bola di negara tersebut.