REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerhana Matahari Total (GMT) yang baru saja terjadi di wilayah Indonesia, Rabu (9/3), telah membuat banyak pihak berdecak kagum dengan fenomena alam ini.
Namun di balik keluarbiasaannya fenomena GMT, ada hikmah yang bisa diambil yakni benda langit seperti matahari dan bulan benar-benar beredar menurut aturan akurasi yang sangat tepat.
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia, Cholil Nafis mengatakan hal ini menjadikan matahari dan bulan serta benda langit tunduk pada satu kekuatan utama, tanda kebesaran Allah SWT. "Gerhana terjadi sebagai tanda bahwa bulan dan matahari tidak pantas disembah meskipus besar dan bersinar," ujarnya.
Allah ingin mengingatkan bagi manusia bahwa fenomena alam seperti gerhana ini, sebagai peringatan dari Allah. Ia yang Maha Kuasa bahkan benda langit pun tunduk pada aturan dan perintahnya dengan akurasi sangat sempurna.
Karena itu, umat Islam disunnahkan untuk salat gerhana, dalam rangka menyembah dan mensyukuri nikmat Allah, bukan dalam rangka menyembah benda langit.
"Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah tanda kebesaran Allah SWT. Jika terjadi gerhana maka tidak berarti karena siksa atau duka atas kematian seseorang. Jika kita melihat gerhana maka sebaiknya shalat, berdo'a dan istighfar," sabda Rasulullah SAW dalam salah satu hadisnya.
Baca juga, Gerhana Matahari, Allahu Akbar Jadi Trending Topic.