Senin 14 Mar 2016 14:47 WIB

Restorasi Gambut Gunakan Teknologi Jepang

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Petugas Manggala Agni dan TNI memadamkan sisa api yang membakar lahan gambut di Petaling, Muaro Jambi, Selasa (15/9).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Petugas Manggala Agni dan TNI memadamkan sisa api yang membakar lahan gambut di Petaling, Muaro Jambi, Selasa (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinasi agenda restorasi gambut terus dibangun pemerintah dengan mengandalkan teknologi berbasis riset. Salah satunya dalam upaya menjaga agar lahan gambut yang terdegradasi tetap basah sepanjang tahun. Pemerintah melalui Badan Restorasi Gambut (BRG) akan menggunakan teknologi dari Jepang bernama Sensory Data Transmission Service Assisted by Midori Engineering (Sesame).

"Kita berkoordinasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) agar melihat pantauan perkembangan gambut secara akurat dan seragam," kata Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead usai Rapat Koordinasi Restorasi Gambut dan Pencegahan Kebakaran Hutan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Senin (14/3).

Ia menerangkan, teknologi tersebut berguna memantau kadar air lahan gambut. Misi restorasi gambut terdegradasi yakni menjaga agar permukaan gambut tetap lembab dan basah. Dengan Sesame, nantinya dapat dideteksi titik tertentu di lahan gambut sehingga sebelum tersulut api, lahan bisa segera dibasahi. Caranya dengan mengairi lahan yang ada dengan hujan buatan atau bom air.  

Ia menguraikan, lahan gambut seharusnya bisa menyerap dan menyimpan air. Tapi jika kondisinya terdegradasi dan kering, air akan sulit diserap. Ketika ada sedikit saja api bisa menjadi bahan bakar yang sangat ideal. Lahan gambut terdegradasi juga bisa menyimpan bara api hingga menahun.

"Alat ini nantinya akan terkoneksi dengan pusat data di Serpong," ujarnya. Sehingga, BRG dan para koordinator pengendali kebakaran gambut lainnya misalnya pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat punya info yang seragam soal kondisi gambut. Dengan begitu, diharapkan akan cepat pula pembasahan gambutnya jika terdeteksi kering.

Pengelolaan gambut guna mencegah kebakaran hutan dan lahan melibatkan koordinasi antarkementerian dan lembaga. KLHK memfasilitasi koordinasi tersebut pada Senin (14/3) dengan menyelenggarakan Rapat Koordinasi Restorasi Gambut dan Pencegahan Kebakaran Hutan.

Rapat dihadiri oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM Luhut Panjaitan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menpupera) Basuki Hadimuljono, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead dan sejumlah kepala daerah yang lahan gambutnya rentan kebakaran.

"Kita menegaskan tekad penghentian kebakaran hutan dengan pola pencegahan dengan membentuk Badan Restorasi Gambut," kata Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar. Salah satu kunci pencegahan kebakaran hutan dan lahan yakni menjaga agar lahan gambut tetap basah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement