REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Tengku Zulkarnaen mengatakan dihidupkan kembali Tim Penanggulangan Terorisme (TPT) karena MUI merasa kasihan kepada para terduga teroris. Menurut dia, mereka dicuci otaknya dengan paham radikalisme tetapi 'disembuhkan' lewat pendekatan keamanan.
"BNPT sebelum jadi BNPT, namanya TPT yang diprakarakasai Pak JK, Wakil Presiden waktu itu," kata dia saat dihubungi, Jumat (18/3).Tengku menuturkan, pada gilirannya MUI didekatkan dengan polisi. Polisi memiliki pendekatan security approach (pendekatan keamanan) dan MUI memakai pendekatan religius approach (pendekatan keagamaan).
(Baca: MUI Bentuk Tim Penanggulangan Teroris).
"Orang yang dicuci otaknya diperbaiki MUI, sementara orang yang tidak lagi dibentuk melakukan pembunuhan, pengemboman dan kriminalitas, ditangani polisi secara hukum," kata dia.Namun pada kenyataanya setelah BNPT telah berjalan, MUI ditinggalkan. BNPT pun pada akhirnya jalan sendiri.
Saat berjalan sendiri, Tengku menuding BNPT melakukan pendekatan keamanan terhadap terduga teroris dimana-mana. Jadi terduga teroris ditembaki dan dianiaya."Apalagi Detasement Khusus 88 (Densus 88) tidak profesional lagi kerjanya, dan asal-asalan," tutur dia.
Kemudian menurut Tengku pada akhirnya presiden RI Jokowi menginginkan kembalinya TPT. Presiden yang melakukan pertemuan dengan Pimpinan MUI menginginkan agar dapat dilakukan pendekatan secara religius.