REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Restorasi Gambut (BRG) merintis kerja sama dengan Universitas Kyoto dan Institut Nasional untuk Humaniora (The National Institute of Humaniora, NIHU) Jepang dalam pengembangan riset mendukung restorasi gambut.
Kerja sama berfokus pada aksi nyata dan riset terapan di lapangan tentang restorasi lahan gambut dan pemanfaatan lahan gambut yang berkelanjutan di wilayah kerja prioritas.
"Aksi nyata pemulihan restorasi gambut akan dikerjakan di Riau bersamaan dengan program riset,” kata Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead dalam Joint Statement di Kyoto, Senin (25/4) sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis.
Kerja sama, kata dia, akan dituangkan dalam komitmen kolaborasi berbentuk Memorandum of Understanding (MOU) pada Juni 2016 mendatang di Jakarta. Plt Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman menyatakan, Provinsi Riau memiliki luas lahan gambut terbesar dalam target restorasi. Oleh karena itu, sinergi dengan berbagai pihak sangat dibutuhkan dalam menyukseskan agenda aksi restorasi gambut.
"Riau telah mendukung komitmen nasional terkait aksi restorasi mengintegrasikan pengembangan komoditi lokal yang ramah terhadap gambut, seperti Budidaya Sagu," katanya. Laboratorium internasional restorasi rawa gambut tropis di Meranti perlu mendapat dukungan untuk pengembangannya dengan bekerja sama dengan berbagai lembaga dan universitas di Jepang.
Dukungan riset dan kerja sama internasional diperlukan untuk memberikan basis ilmiah yang kuat pada intervensi restorasi. Universitas Kyoto mendukung upaya mengatasi permasalahan kebakaran lahan gambut yang berulang, dan rencana untuk memulihkan lahan gambut terdegradasi melalui pembentukan BRG.
“Kami berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah RI di bidang penelitian dan pendidikan yang berkaitan dengan terdegradasinya lahan gambut Indonesia, pemanfaatan lahan gambut yang berkelanjutan dan restorasi gambut," kata Rektor Universitas Kyoto, Profesor Juichi Yamagiwa.