Kamis 19 May 2016 17:37 WIB

Tuna Indonesia Dieksploitasi Berlebihan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ani Nursalikah
Ikan tuna. Ilustrasi
Foto: Reuters
Ikan tuna. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Populasi ikan tuna di perairan Indonesia terus menurun sehingga Indonesia terancam tak mampu lagi memenuhi permintaan dunia yang terus meningkat.

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Narmoko Prasmadji mengatakan tuna di Indonesia saat ini sudah sangat tereksploitasi sehingga berdampak buruk pada kelangsungan sumber daya dan habitatnya.

"Perlu sinergi kebutuhan untuk pemenuhan persyaratan pasar produk perikanan tuna dan pengelolaan mulai dari hulu sampai hilir," katanya dalam Konferensi Tuna Bali ke-2 di Kuta, Kamis (19/5).

Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) mencatat nilai ekspor perikanan tuna 2015 anjlok hingga 57 persen meskipun hasil tangkapan rata-rata pengusaha bertumbuh hingga delapan persen. Narmoko memperkirakan sekitar sepertiga persediaan tuna di alam saat ini ditangkap secara berlebihan.

Indonesia saat ini memasok hingga 16 persen tangkapan ikan tuna di dunia. Produksi rata-rata tuna di Indonesia mencapai 1,15 juta ton per tahun, dengan rincian 300-400 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sementara sisanya diekspor.

Pasar tuna dunia, kata Narmoko, juga menetapkan standar kualitas tinggi dan skema pelacakan produk yang semakin ketat untuk melindungi konsumen, seperti asal tuna, lokasi penangkapan, nama perusahaan dan kapal, hingga cara penangkapannya.

Pemerintah Indonesia sendiri saat ini menertibkan eksploitasi tuna dengan cara melarang penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, seperti pukat hela dan pukat tarik, juga menindak tegas kapal-kapal ilegal yang mencuri ikan di perairan nusantara.

Direktur Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Ditjen Perikanan Tangkap, Toni Ruchimat menambahkan salah satu cara menjaga keberlanjutan sumber daya tuna melalui penetapan kuota penangkapan. Indonesia bersama delapan negara produsen tuna skala global yang tergabung dalam Regional Fisheries Management Organization sudah memberlakukan hal tersebut.

"Kita misalnya mendapat kuota tangkap tuna sirip biru 750 ton per tahun," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement