REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES - Menurunnya populasi tuna, hiu dan barakuda di seluruh dunia merupakan efek dari penangkapan nelayan semenjak 42.000 tahun lalu. Demikian, hasil riset terbaru yang dipublikasikan, Jum'at (25/11).
Pakar kelautan mengatakan ikan menjadi konsumsi manusia sekiar 1.9 juta tahun lalu. Awalnya, konsumsi itu terbatas pada danau dan sungai dengan menggunakan peralatan sederhana. Namun, seiring perkembangan peradaban, manusia mulai menjelajahi laut guna memburu ikan.
Dari bukti terbaru yang ditemukan di Timor Leste, ada ditemukan sisa-sisa tulang tuna dan jenis lain di sebuah gua. Dengan menggunakan teknik penangalan, tim riset yang dipimpin oleh Arkeolog Sue O'Connor dari Universitas Nasional Australia menyimpulkan awal manusia berburu ikan di laut telah dimulai 42.000 tahun lalu.
"Kesimpulan ini menjadi pengantar bagi kita untuk mengetahui bagaimana perubahn pola penangkapan ikan yang semula di sungai atau danau lalu meluas menjadi laut. Artinya, ada perkembangan teknologi saat itu," komentar Eric Delson, antropolog dari Lehman College Universitas New York, seperti dikutip alarabiya.
Peneliti Museum Alam Kanada, Katlyn Stewart menilai peralatan awal yang digunakan untuk memancing mungkin dimulai dari jaring yang dilengkapi dengan kayu atau kulit kerang yang dibentuk runcing sebagai pengait. "Mereka ini cerdas. Mereka tahu ada ikan di lautan lepas,"katanya.
Stewart melanjutkan pihaknya tidak mengetahui secara pasti seberapa jauh mereka melaut sebelumnya. Kemungkinan besar, mereka memakan mentah atau kembali dengan segera setelah menangkap ikan lalu memasaknya di perkemahan.
Selain menemukan sisa tulang tuna, O'connor juga menemukan sisa-sisa tulang lainnya. Ia memperkirakan tulang-tulang ikan itu berumur 16.000 dan 23.000 tahun yang lalu.
"Kait-kait itu digunakan untuk memancing di laut tetapi kita tidak bisa memastikan spesies ikan apa yang mereka pancing," ujar O'Connor.