REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Keraton Yogyakarta selalu menggelar tradisi 'Grebeg Gunungan' tiap tanggal 1 Syawal. Grebeg Gunungan diadakan di tiga tempat, yaitu Masjid Gede Kauman, Kepatihan, dan Pakualaman.
Seperti dikutip dari Pusat Data Republika, ada enam gunungan yang dipersembahkan dalam perayaan menyambut Idul Fitri tersebut. Antara lain, dua gunungan kakung dan masing-masing satu untuk gunungan estri, gepak, dharat, serta pawuhan.
Sebelum diarak ke tiga tempat Grebeg, Gunungan didoakan terlebih dulu di dalam Keraton. Kemudian dibawa melewati Pagelaran Keraton dan Alun-alun Utara. Petugas pengantar gunungan terdiri dari prajurit pakualaman dan abdi dalem.
Ratusan masyarakat mengikuti prosesi arak-arakan dari Komplek Keraton sampai ke tiga titik Grebeg Gunungan. Suasana semakin semarak ditambah dengan iringan alat musik para prajurit. Di antaranya drum band, terompet, dan gamelan.
Sesampainya di Masjid Gede Kauman, masyarakat langsung berebut empat gunungan. Sedangkan dua gunungan lainnya diserahkan ke Kepatihan dan Pakualaman. Dalam waktu kurang lebih 15 menit, gunungan sudah habis dibredeli masyarakat Yogyakarta.
Banyak yang berlomba-lomba mengambil dan melemparkan bagian gunungan. Riuh suara masyarakat terdengar jelas. Dari mulai orang dewasa dan anak-anak. Pecahan dan tusuk gunungan pun berseliweran di udara. Disambut dengan tangkapan tangan orang-orang yang menengadah.
Meskipun sudah habis, banyak pula masyarakat yang memulung serpihan gunungan di atas tanah. Mereka percaya setiap bagian dari Gunungan akan membawa keberkahan bagi masyarakat.