REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi pada Ahad (10/7) berikrar akan membebaskan Ibu Kota Yaman, Sana'a dari kekuasaan petempur kelompok dukungan Iran, Al-Houthi, dengan serangan militer dukungan Arab Saudi.
Dalam tindakan yang mengejutkan, Hadi tiba di Provinsi Marib di Yaman Utara, sekitar 170 kilometer di sebelah timur Sana'a bersama dengan Wakil Presidennya Jenderal Ali Muhsen dan menteri lain saat pasukan pro-pemerintah memasuki beberapa provinsi yang dikuasai anggota Al-Houthi.
"Kami akan menggagalkan setiap upaya menciptakan negara Persia di Yaman. Kita akan berada di Ibu Kota Sana'a dalam waktu dekat," ujar Hadi selama satu pertemuan dengan komandan senior dan pejabat pemerintah di Marib.
Ia juga mengumumkan dalam kunjungan pertamanya ke markas pasukan pemerintah dukungan Arab Saudi. Beberapa media yang berafiliasi kepada Arab Saudi mengumumkan tujuan kunjungan Hadi ke Marib ialah untuk mengawasi operasi habis-habisan militer guna merebut kembali Ibu Kota Yaman, Sana'a dan membebaskan provinsi lain dari kekuasaan petempur Al-Houthi.
Seorang perwira militer mengatakan bantuan militer dalam jumlah banyak dengan dukungan puluhan kedaraan lapis baja pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dari kekuasaan petempur Al-Houthi. Satu sumber yang dekat dengan Hadi mengonfirmas kepada Xinhua, "Presiden Yaman meminta delegasi pemerintah agar memboikot pembicaraan perdamaian yang difasilitasi PBB di Kuwait jika kemitraan dengan anggota Al-Houthi akan diterapkan atas kami."
Menurut sumber tersebut, Presiden Hadi dengan keras menolak visi terakhir PBB yang menyarankan pembentukan pemerintah koalisi dengan milisi Al-Houthi dan menganggapnya sebagai upaya untuk mengabsahkan kudeta. Perundingan perdamaian yang difasilitasi PBB dan bertujuan mengakhiri perang saudara di Yaman secara resmi dihentikan pada penghujung Juni dan dijadwalkan dilanjutkan pada Jumat di Kuwait setelah jeda dua pekan.
Pada 29 Juni, Utusan Khusus PBB untuk Yaman Ismail Ould Cheikh mengatakan, "Pembicaraan akan memasuki tahap baru dalam beberapa pekan ke depan. Semua delegasi akan bertemu dengan pemimpin mereka dalam dua pekan ke depan dan akan kembali ke Kuwait pada 15 Juli."