REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pondok Pesantren Darul Ulum Wal Hikam menyelenggarakan bedah buku berjudul "Muhammadiyah Itu NU" karya Mochamad Ali Shodiqin. Acara tersebut diadakan di aula ponpes Darul Ulum Wal Hikam Yogyakarta, Kamis (25/8/2016) pukul 20.00 hingga 23.00.
Acara bedah buku yang mengusung tema "Dokumen Fiqih Yang Terlupakan" itu dihadiri sekitar 70 peserta. Mereka berasal dari berbagai universitas yang ada di Yogyakarta seperti UGM, UIN Sunan Kalijaga, UNY, STEBI All Muhsin, STIQ ANNUR, UPN dan UTY.
Bedah buku yang berlangsung semarak tersebut mendatangkan langsung penulis buku "Muhammadiyah Itu NU" sebagai narasumber yakni Mochammad Ali Shodiqin. Ia memaparkan bahwa pada dasarnya NU dan Muhammadiyah menurut akar sejarah adalah sama dalam takaran fikih.
Maksudnya adalah kedua organisasi tersebut dahulu kala melaksanakan ibadah fikih yang sama seperti shalat tarawih 20 rakaat, tahlilan/yasinan, ziarah kubur serta ibadah fikih lain yang dilanggengkan NU hingga sekarang.
"Buku ini didasarkan pada kitab fikih yang digunakan Muhammadiyah zaman dulu. Dan ternyata ibadah fikihnya sama, tidak beda," tutur Mochammad Ali Shodiqin.
Pengasuh Pondok Pesantren darul Ulum Wal Hikam KH Ahmad Sugeng Utomo selaku keynote speaker mengemukakan hal yang sama bahwa NU dan Muhammadiyah adalah sama. "Pada dasarnya Muhammadiyah dan NU adalah sama. Perubahan fikih tersebut sangat dipengaruhi oleh politik yang berkuasa. Karena kesamaan tersebut perlu dilakukan penyatuan antara keduanya. Meskipun hal tersebut sangatlah sulit bahkan mustahil," Ujar KH Ahmad Sugeng Utomo yang akrab dipanggil Gus Ut.