Selasa 30 Aug 2016 17:48 WIB

Aisyiyah: Peran Dai Wanita Strategis

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, memberi kata sambutan pada penutupan Muktamar ke-47 Satu Abad Aisyiyah di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (7/8).
Foto: Antara/Sahrul Manda Tikupadang
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, memberi kata sambutan pada penutupan Muktamar ke-47 Satu Abad Aisyiyah di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Peran dai wanita dinilai strategis di segala lapisan masyarakat, mulai dari keluarga hingga negara. Karena itu, pembekalan dan kaderisasi dai wanita jadi sangat penting.

Ketua Umum Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini mengatakan, peran dai wanita strategis di semua level masyarakat, mulai dari keluarga hingga kehidupan berbangsa. Di level keluarga, apa yang disampaikan soal nilai, akhlak, dan penguatan akidah, ibu yang juga dai akan dilakukannya lebih dulu, ibda bi nafsik (memulai kebaikan dari diri sendiri).

Selain itu, pada dai wanita juga mencerahkan dan memberi solusi masalah di lingkungannya. Sekarang ini keluarga-keluarga Indonesia menghadapi tantangan mendidik anak-anak di tengah teknologi tanpa batas.

''Para dai wanita berperan luar biasa melakukan edukasi dan pendampingan para ibu. Program edukasi orangtua (parenting) juga jadi perhatian dai perempuan,'' kata Siti melalui sambungan telepon, Selasa (30/8).

Para dai wanita juga mengamati realitas masyarakat sekitarnya. Misalnya soal pemahaman dan praktik hidup sehat masyarakat belum baik. Para dai wanita juga terlibat dalam memahamkan pola hidup sehat dalam keluarga dan kesehatan perempuan.

Mengingat strategisnya peran dai wanita, pembekalan dai wanita jadi penting. Aisyiyah memiliki program semacam ini bagi para dainya. Ada kajian bagi para pimpinan dan para dai tentang isu-isu terkini di masyarakat. Aisyiyah saat ini memiliki Gerakan Aisyiyah Cinta Anak.

''Anehkan kekerasan sekarang coba diatasi dengan kembali lagi pada hal mendasar, mencintai anak-anak. Ada pembekalan bagaimana para dai bisa memberi solusi,'' ungkap Siti.

Aisyiyah menyadari kaderisasi dai wanita harus terus dilakukan. Siti masih ingat, sejak dulu pada dai wanita di Aisyiyah selalu mengikuti para tokoh saat berdakwah, yang muda diajak dan diminta praktik. Ini terus berjalan sampai sekarang dimana dai wanita yang lebih senior mengajak yang lebih muda untuk terlibat.

''Ini lakukan terus dan berjenjang hingga bawah,'' kata Siti.

Jika bicara jumlah, dai Muslim memang terlihat kurang, khususnya yang tampil di televisi. Tapi di level akar rumput, komunitas, masjid, atau mushala selalu ada dai wanita di sana.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement