REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama menggelar seminar internasional Alqur'an yang berlangsung pada 30 Agustus-1 September di Jakarta. Seminar mengangkat tema Peran Mushaf Al Qur'an dalam Membangun Peradaban Islam dan Kemanusiaan.
Pgs. Ketua Lajnah Pentashihan Al Qur'an Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, Muchlis Hanafi, mengatakan setidaknya terdapat tiga tujuan utama yang hendak dicapai dari seminar internasional Alquran. Ketiga fokus tujuan itu merupakan langkah lanjutan dari berbagai tantanga yang ada, dan bertujuan sebagai pengembangan ilmu-ilmu Alquran di Indonesia.
"Pertama kita akan gali pengalaman dunia internasional melakukan pengawasan mushaf Al Qur'an, lalu evaluasi sistem pengajaran kita terkait ilmu Al Qur'an, terakhir menggali aspek sejarah," kata Muchlis kepada republika.co.id, Rabu (31/8).
Muchlis menjelaskan, pengalaman dunia internasional mengawasi mushaf Alquran dimaksudkan sebagai bahan pembelajaran umat Islam di Indonesia, termasuk saat menemukan banyak jenis mushaf. Sedangkan, untuk penggalian aspek sejarah sebenarnya sudah didapatkan fakta, kalau sejak jaman dulu perhatian umat Islam di Indonesia kepada ilmu Alquran ternyata sudah tinggi.
Terkait sistem pengajaran ilmu Alquran terutama di perguruan tinggi ilmu Islam, ia mengungkapkan ada masalah mengkhawatirkan karena banyaknya calon-calon lulusan yang tidak memiliki latar belakang ilmu Islam sama sekali. Bahkan, tidak sedikit yang sejak dibebaskannya siapa pun untuk masuk perguruan tinggi ilmu Islam, namun baru mulai belajar membaca Al Qur'an.
Untuk pelaksanaan seminar internasional Alquran di hari kedua sendiri, terdapat empat sesi pembahasan dengan sejumlah narasumber pakar-pakar Alquran dari dari Malaysia, Singapura, Iran dan Yordania. Sementara, pakar-pakar Alquran dari Indonesia yang hadir di antaranya Yusuf Mansur, Ahsin Sakho Muhammad, Ahmad Fathoni dan Musta'in Syafi'i.