REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menjelang Idul Adha, Halal Center Fakultas Peternakan UGM kembali menyelenggarakan pelatihan kurban bagi takhmir masjid. Selain diikuti oleh ratusan pengurus masjid di DIY dan Jateng, kali ini ada peserta pelatihan yang berasal dari Jawa Barat.
Wakil Dekan III Fakultas Peternakan UGM, Zuprizal menuturkan, pelatihan ini merupakan agenda tahunan yang ditujukan untuk menyosialisasikan proses-proses penyembelihan hewan kurban secara halal dan benar. Pasalnya di masyarakat sendiri sering ditemui proses penyembelihan yang tidak tepat.
"Selain cara menyembelih, di sini kita akan mempelajari bagaimana saja standar hewan yang syar'i untuk dikurbankan," kata Zuprizal di Auditorium Fakultas Peternakan UGM, Kamis (1/9). Ia menyampaikan, proses penyembelihan sendiri akan sangat berpengaruh pada status kehalalan dan kethayyiban daging hewan.
Berdasarkan penelitian seorang ahli di Jerman, proses penyembelihan secara syar'i mampu mengurangi rasa sakit pada hewan. Sehingga cara ini dianggap lebih berpeikehewanan. Guru besar UGM itu berharap, pelatihan kali ini mampu meningkatkan wawasan para pesertanya. Sehingga pelaksanaan penyembelihan secara syar'i dapat diterapkan dengan baik di masyarakat.
Ketua Halal Center UGM, Nanung Danardono menyampaikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berkurban. "Kurban ini adalah aktivitas ibadah, jadi memang ada rambu-rambu yang harus kita patuhi," katanya. Terutama mengenai keikhlasan dan niat dalam berkurban.
Ia berpesan, jangan sampai kurban dilakukan dengan maksud ria apa lagi menyombongkan diri. Selain itu, masyarakat diimbau untuk menjauhi aktivitas kurban yang tidak disarankan. Seperti berkurban untuk anak sendiri atau bagi orang tua yang sudah meninggal.
Adapun syarat hewan kurban sendiri harus sudah dewasa. Hal ini dapat diketahui melalui kondisi gigi hewan yang sudah berganti atau Poel. Caranya dengan melihat rahang bawah pada hewan. Ia meminta agar masyarakat lebih teliti, karena saat ini banyak oknum peternak yang melepas gigi hewan dengan paksa. Selain itu, hewan kurban juga harus sehat.
Penyembelihan sendiri harus dilakukan setelah shalat Ied. "Sebelum proses lenyembelihan, kita juga harus memperhatikan beberapa hal," kata Nanung. Antara lain menyiapkan pisau tajam untuk menyembelih, memeriksa kondisi tubuh hewan untuk memastikan kesehatannya dan mengistirahatkan hewan.
Nanung menuturkan, saat diistirahatkan hewan harus dibuat sesantai mungkin. Salah satunya diistirahatkan ditempat yang teduh agar tidak kelelahan atau stres. Puasa untuk hewan sendiri hanya dilakukan sehari sebelum penyembelihan. Mereka hanya diperbolehkan untuk minum.
Sedangkan proses penyembelihan harus dilakukan dengan membaringkan hewan menghadap kiblat. Dengan posisi kepala berada di selatan. Setelah itu kaki hewan mesti diikat kencang supaya tudak banyak bergerak. Saat menyembelih, jagal paling sedikitnya harus berdoa dengan membaca basmalah dan takbir.
Proses penyembelihan harus berjalan secara singkat, dengan memutus tiga saluran sekaligus. Antara lain saluran nafas, makan, dan darah. Maka itu penyembelihan mesti dilakukan di bawah jakum hewan. "Sangat dianjurkan, orang yang menyembelih adalah shahibul kurban sendiri," kata Nanung.
Namun jika orang yang berkurban tidak sanggup karena merasa ngeri, maka penyembelihan boleh diserahkan pada orang yang lebih ahli. Pada paskapenyembelihan, pengelolaan daging kurban juga harus dijalankan secara higienis.
Di antaranya menggunakan alas untuk menyimpang daging. Panitia pengurus daging pun disarankan tidak merokok dan menggunakan masker saat bekerja. Nanung juga melarang pembuangan kotoran hewan kurban ke sungai. Ia menganjurkan agar jeroan hewan dibersihkan di tempat khusus.
"Misalnya dengan membuat aliran lubang di pinggir masjid untuk pembuangan kotoran," katanya. Adapun cara menyimpan daging di lemari pendingin lebih baik dilakukan dengan memotong-motongnya menjadi lebih kecil terlebih dulu. (Rizma Riyandi)