REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Mengawali usaha ternak pada 2005, Aceng Cahyana, warga Kampung Babakan Pasir Wangi, Pasir Wangi, Garut, Jawa Barat, kini mulai mencecap hasil manis.
Memulai usaha dengan lima ekor domba, pria berusia 32 tahun yang tak pernah menamatkan Sekolah Dasar itu kini mampu mendistribusikan 175 ekor hewan kurban melalui Dompet Dhuafa (DD).
"Awalnya, pada 2005 lalu DD datang untuk memberikan bantuan usaha bagi warga. Saya bersedia bergabung dengan program pemberdayaan DD karena berbeda dengan bantuan yang diberikan pemerintah," kata Aceng saat Komunitas Masyarakat Mandiri DD mengunjungi Garut, belum lama ini.
Biasanya ketika mendapatkan bantuan, pemerintah atau donatur hanya memberikan hewan begitu saja tanpa ada pendampingan. Akibatnya, banyak bantuan yang tidak berkembang, bahkan syarat yang ditentukan pun sulit dipenuhi warga yang tidak mampu seperti ketersediaan lahan dan biaya untuk pakan.
DD, menurut Aceng, berbeda dalam memberikan bantuan. "Kami harus membentuk kelompok yang terdiri dari 10 orang, syaratnya pun harus warga tidak mampu dengan kriteria seperti luas rumah, tak memiliki lahan, bahkan pendapatan pun harus yang maksimal Rp 150 ribu sebulan," tuturnya.
Seluruh penerima bantuan dalam anggota kelompok pun wajib hadir dalam pertemuan satu pekan sekali untuk mendapatkan pelatihan. Setelah sukses, Aceng menyadari, pelatihan tersebut merupakan bagian dari pendidikan yang selama ini tidak pernah didapatkannya di sekolah formal.
Tak hanya mengajarkan cara beternak yang baik dan benar tetapi juga membaca, menulis, dan menggunakan komputer, bahkan membuat website untuk mema sarkan ternak.
Dalam program ini, setiap peserta, termasuk Aceng, diberi lima ekor domba. Mengapa domba? Ya, karena jenis ternak ini yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Garut.
Salah satu kabupaten di Jawa Barat ini merupakan penghasil domba terbanyak di Indonesia. Lima ekor domba tersebut terdiri dari satu pejantan, dua betina sebagai indukan, dan dua bibit untuk dikembangbiakkan.
"Kami mendapatkan pembinaan dan pendampingan selama dua tahun, setelah itu dilepas," katanya menjelaskan.