REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Baitul Mal Bank Rakyat Indonesia (YPM-BRI) mengalami tren kenaikan peningkatan perolehan zakat sebesar 18 persen per tahun. Tak pelak, perolehan zakat pada bulan Agustus 2016 mencapai angka Rp 8 Miliyar dari semula saat disahkan pada tahun 2001 hanya 400 juta per bulan.
GM YPM-BRI Dwi Iqbal Noviawan menjelaskan tren kenaikan itu dipicu oleh dua faktor, yaitu eksternal dan internal. Dari segi eksternal, ia meyakini kehadiran lembaga amil zakat lain telah memicu umat Muslim berzakat. Ditambah lagi, tingkat kepercayaan Muslim terhadap lembaga pengelola zakat mengalami kenaikan.
"Kalau eksternalnya sejak kehadiran Dompet Dhuafa, kesadaran orang untuk membayar zakat itu naik terus. Pelan-pelan kepercayaan terhadap lembaga zakat naik. Jadi pembayaran zakat tradisional ke masjid dan tokoh agama beralih ke lembaga zakat," katanya saat dihubungi Republika.
Adapun mengenai faktor internalnya, ia mengakui kehadiran SK Direksi BRI menjadi kekuatan mengikat bagi karyawan untuk membayar zakat. Nantinya tak semua karyawan wajib membayar zakat sebesar 2,5 persen, melainkan hanya karyawan yang telah sampai nishabnya. "Kalau dari internal itu lebih powerfull karena ada SK nya," ujarnya.
Sementara itu, dalam hal pengelolaan dana tersebut, YPM-BRI mempunyai dua jenis program yaitu sosial dan ekonomi berbasis pondok pesantren. Program sosialnya meliputi beasiswa untuk santri, insentif ustad dan sarana prasarana seperti pembangunan kelas atau asrama. Adapun program ekonomi ditujukan pada badan usaha milik pondok pesantren (BUMP).
"Tapi sejak 2014 integrasi di satu titik program ekonomi dan sosial itu masuk. Jadi kalau integrasi itu program sosial ekonomi masuk. Jadi ekonominya ada P3K (program peningkatan pendapat keluarga), sosialnya ada beasiswa untuk anaknya, kepesertaan BPJS, sanitasi total berbasis komunitas," jelasnya.