Jumat 16 Sep 2016 22:04 WIB

Pemerintah Butuh Strategi Jelas untuk Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR RI, Satya W Yudha mengatakan Indonesia harus mempunyai strategi yang jelas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Terlebih saat ini Indonesia juga telah menjalankan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA sehingga diperlukan langkah-langkah yang lebih jelas.

"Ini menyangkut tata kelola bernegara. Kalau kita maunya mendapatkan pendapatan saja, maka cara-cara apa saja bisa ditempuh. Apalagi pertumbuhan ekonomi ditargetkan 7 persen. Sekarang 5,1-5,2. Jalan menuju situ panjang. Menurut saya harus ada strategi yang jelas," kata Satya, Jumat (16/9).

Menurut dia, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik maka Indonesia perlu menciptakan mesin-mesin pertumbuhan. Hal inipun yang harus disepakati secara nasional.

Satya mengatakan, industri di Indonesia harus lebih maju dan menjadikan negara-negara di ASEAN sebagai pangsa pasar produk-produk Indonesia. Untuk mencapai hal itupun diperlukan pembangunan infrastruktur. Sebab, tanpa infrastruktur maka Indonesia justru hanya akan menjadi pangsa pasar dari produk-produk negara lain.

Berdasarkan data dari sekretaris jenderal Kementerian Perindustrian, kontribusi industri dalam perekonomian Indonesia justru mengalami penurunan yang signifikan. Kontribusi sektor industri di Indonesia pada 2001 bahkan sempat mencapai 29 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Namun sayangnya kontribusi tersebut tercatat semakin menurun tiap tahunnya sehingga produk impor pun membanjiri Indonesia.

"Industri kita mengalami penurunan yang signifikan, ini berita buruk karena kita jadi pasar mereka," kata Satya.

Satya menilai, pemerintah seharusnya dapat memaksimalkan berbagai kerjasama bidang ekonomi yang telah dijalin dengan negara-negara lain, termasuk MEA. Hal itu dapat dilaksanakan dengan meningkatkan perangkat dan pendukungnya yakni seperti sumber daya manusia.

"Di Vietnam dia sudah belajar bahasa Indonesia. Thailand sudah belajar bahasa Indonesia dan Filipina juga. Di Indonesia? Jadi ada yang sangat fundamental yang harus diubah," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement