Sabtu 24 Sep 2016 17:17 WIB

Razia Paspor Palsu, Polisi Thailand Temukan Mayat Korban Mutilasi

Paspor WNA (Ilustrasi)
Paspor WNA (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Polisi Thailand yang tengah menggerebek kediaman tiga warga asing yang diduga menggunakan paspor palsu di Bangkok menemukan senjata, obat-obatan dan sesosok jasad mayat korban mutillasi di dalam lemari pendingin.

Dilansir Reuters, Sabtu (24/9), Kepolisian Thailand menggeledah satu bangunan pada Jumat (23/9) malam dan menahan tiga pria. Dalam penggeledahan itu, polisi menemukan potongan tubuh seorang pria dalam lemari pendingin.

"Satu petugas tertembak dalam operasi itu, tetapi kadaannya dilaporkan stabil," kata wakil komandan kepolisian sektor Phrakanong, Bangkok Tengah, Sathien Witanamala.

"Hasil penyelidikan menunjukkan, potongan tubuh seorang pria asing ditemukan tersembunyi dalam tas plastik di lemari pendingin," katanya menambahkan.

Polisi juga menemukan ratusan paspor palsu di satu bangunan di kawasan Phrakanong. Sathien menyebut, tiga pria yang ditahan merupakan warga asing berbahasa Inggris. Namun saat ini, polisi belum mengetahui kewarganegaraannya karena mereka berpergian dengan paspor palsu dari Amerika Serikat dan Inggris.

Sathien juga menyebutkan, jasad pria yang ditemukan dalam lemari pendingan adalah warga asing berambut pirang. Namun, jatidiri berikut kewarganegaraannya belum diketahui.

Wakil komandan Kepolisian Metropolitan Suwat Jangyodusk mengatakan, para tersangka akan dituntut atas kasus percobaan pembunuhan karena telah menembak petugas, pemalsuan dokumen, serta menyembunyikan jasad.

Tersangka akan dibawa dari markas kepolisian Phrakanong di Bangkok pada hari ini, Sabtu (24/9), ke tahanan di pengadilan wilayah tempat mereka akan divonis.

Dengan tingginya jumlah pengunjung tiap tahunnya, pasar gelap di Thailand cukup tumbuh sumbur, khususnya untuk pemalsuan dokumen. Otoritas terkait cukup kesulitan melacak ribuan paspor yang hilang atau dicuri tiap tahunnya. Paspor tersebut banyak dijual ke penyelundup narkotika dan diduga sampai ke kelompok ISIS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement