REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Lone Star College, Houston, Daniel Cooper mengatakan, dengan terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat, maka Muslim dan imigran akan semakin sulit pergi ke Amerika. Sebab Trump dikenal sebagai sosok yang anti-Muslim dan antiimigran.
"Hubungan antara Indonesia dan Amerika jadi kurang pasti. Muslim dari Indonesia masih bisa masuk ke Amerika kalau sekadar untuk bisnis atau liburan," ungkap Daniel Cooper di Jakarta, Rabu, (9/11).
Namun Muslim dari negara-negara di Timur Tengah seperti Irak dan Suriah akan semakin sulit ke Amerika, meski hanya untuk liburan. Sebab Trump antiimigran dan anti-Muslim.
Sesungguhnya, ungkap Cooper, dengan terpilihnya Trump, Amerika kehilangan beberapa level kehormatannya. Bagaimanapun, dengan menangnya Trump, masyarakat dunia akan mengindentikkan orang Amerika dengan Trump.
Memang di Amerika ada orang-orang yang takut dengan orang Muslim dan imigran. "Namun sesungguhnya jumlahnya hanya sedikit saja, masyarakat Amerika secara umum tak seperti itu."
Kalaupun Trump menang, terang Cooper, ini hanya karena rakyat Amerika takut dengan Clinton. Clinton dinilai sebagai sosok yang korup dan suka bohong. Selain itu Clinton dikenal sebagai pendukung aborsi dan pendukung penikahan sesama jenis. Banyak orang yang takut dengan kebijakan tersebut.
Rakyat Amerika, sambung Cooper, memilih Trump juga karena mereka tak menyukai kebijakan ekonomi Presiden Obama. Sementara Clinton hanya dianggap kepanjangan tangan Obama, karena ia bekerja di kabinet Obama. "Rakyat Amerika memilih Trump karena sesungguhnya mereka takut dengan Clinton. Mereka lupa kalau Trump pernah berbohong."
Partai Republik, terang Cooper, berharap bisa mengontrol Trump. Namun hal ini sepertinya sulit dilakukan karena Trump sepertinya senang menjadi sosok yang berkuasa dan berwenang.