REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Seorang polisi perempuan di New York diancam karena ia Muslim. New York Police Departement (NYPD) menggelar konferensi pers khusus untuk membahas masalah ini, Senin (5/12).
Polisi Aml Elsokary saat itu sedang tidak bertugas dan mengantarkan anaknya yang berusia 16 tahun ke sekolah. Tiba-tiba seorang pria terlibat cekcok dengan anak remajanya itu.
Elsokary pun menginterupsi dan pria itu menyerangnya dengan kata-kata kasar. "Hey ISIS, saya akan menggorokmu, kembali ke negara asalmu sana," kata pria tersebut sebelum pergi.
Elsokary kaget dengan perlakukan tersebut. Saat itu ia sedang tidak menggunakan seragam kepolisian. Namun ia adalah personil NYPD sejak 11 tahun lalu. Ia juga mengenakan hijab ketika bertugas.
Dalam 24 jam, polisi berhasil menangkap tersangka pelecehan, Chistopher Nelson (36 tahun). Ia didakwa kejahatan kebencian dan mengganggu secara berlebihan. Menurut Jaksa Distrik Brooklyn, Eric Gonzalez, Nelson didenda sebesar 50 ribu dolar AS. Pengacara Nelson belum merespons permintaan komentar.
Dalam konferensi pers pada Senin, Walikota New York, Bill de Blasio turut hadir memberikan komentar. "Ini adalah negaranya, ia juga orang Amerika, ia warga New York dan ini adalah rumahnya," kata de Blasio.
Ia mengaku sangat muak mendengar insiden seperti ini. Ia berjanji tidak akan mengizinkan kebencian dan bias diskriminasi menyebar di wilayah yang ia pimpin.
Insiden yang menimpa Elsokary hanya satu dari ratusan kasus kebencian di New York. Sementara jumlah polisi Muslim NYPD ada sekitar 900 orang. Kepala NYPD, Detektif Bob Boyce mengatakan kejahatan kebencian di wilayahnya meningkat 35 persen dari tahun lalu.
Sebagian besar laporan muncul soal anti-semitik dan anti-Muslim. De Blasio menyalahkan hal ini jelas berhubungan dengan pemilu presiden. Presiden terpilih Donald Trump dituduh menyebarkan xenofobia dan Islamofobia selama kampanye.