REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan, pada 2017 ini menargetkan 30 emiten yang masuk di pasar modal Indonesia. Optimisme ini didukung oleh perilaku investor yang perlahan meningkat untuk berinvestasi saham.
"Tahun ini kami percaya diatas 30 karena menurunnya suku bunga dan permintaan yang banyak kepada saham," ujar Tito di Jakarta, Selasa (3/1).
Tito menambahkan, ada sekitar 14 anak usaha BUMN yang diperkirakan akan go public pada 2017 ini. Menurutnya, proses perizinan anak usaha BUMN untuk IPO cenderung lebih mudah dibandingkan induk usaha BUMN yang harus mendapatkan izin dari DPR terlebih dahulu.
Terkait dengan rendahnya pertumbuhan emiten pada 2016, Tito menjelaskan bahwa pencatatan IPO memang turun 70 persen secara global namun posisi Indonesia masih masuk dalam urutan lima besar untuk jumlah yang listed. Selain itu, nilainya pada 2016 ini juga lebih besar yakni sekitar Rp 12 triliun dibandingkan dengan 2015 yang mencapai sekitar Rp 11 triliun.
Sementara, penerbitan obligasi di BEI sepanjang 2016 telah melampaui target yakni sebanyak 70 dari target awal sebesar 50. "Banyak perusahaan tanpa pretending defense sebelum IPO, dia pilih obligasi dulu," kata Tito.
Tito menegaskan bahwa kondisi politik di Indonesia tidak akan berpengaruh terhadap perdagangan di pasar modal. Menurutnya, ketika ada aksi damai pun bursa saham tidak terganggu dan justru cenderung meningkat.