REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akses permodalan masih menjadi kendala terbesar pelaku usaha mikro. Terlebih mereka yang berada di pelosok, jauh dari bank yang dapat memberikan kredit usaha rakyat.
Salah satunya di Kecamatan Jasinga. Meski jaraknya hanya sekitar tiga jam dari kota Bogor, namun akses permodalan pelaku mikro terbatas. Kalaupun ada unit bank, kesempatanya juga terbatas karena jumlah yang mengajukan pinjaman tak sebanding.
"Para pelaku UKM juga terkendala keterbatasan jaminan juga pencatatan keuangan yang tidak baik. Sehingga mereka tidak memenuhi persyaratan kredit," ujar Andi Taufan Garuda Putra, CEO dan juga founder Amartha dalam peluncuran program "Avrist Warrior Woman", Selasa (18/1) kemarin.
Sejak tujuh tahun lalu Amartha fokus pada pembiayaan pelaku UKM yang jauh dari akses permodalan. Amartha adalah platform marketplace peminjaman berbasis peer-to-peer (P2P). Yakni pemberi modal dapat memilih peminjam yang ingin diberi modal.
Di platform ini Amartha menjembatani peminjam dengan pemberi modal untuk dapat bekerja sama. Amartha memiliki visi untuk menjangkau jutaan pengusaha mikro di pelosok pedesaan di Indonesia agar memperoleh akses terhadap modal usaha yang terjangkau.
"Hingga tahun lalu kami menyalurkan dana bantuan pengembangan bisnis hingga Rp 50 miliar. Sudah 200 pedesaan dengan jumlah UKM binaan mencapai 28 ribu," kata dia.
Tidak hanya menyalurkan pembiayaan, Amartha juga melakukan pendampingan. Mulai dari pelatihan literasi keuangan dan financial check up. Diharapkan dengan ini dapat meningkatkan kelas pengusaha mikro dan kecil menjadi credit-worthy borrowers.
"Karena itu kami sangat senang bisa bekerja sama dengan Avrist dalam program Avrist Warrior Woman," ujarnya.
Program ini akan memberikan modal pengembangan usaha serta program pendampingan kepada 43 wanita pengusaha mikro di Jasinga. Tujuan akhir program ini adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kehidupan mereka.
"Usaha mikro di Indonesia 60 persen digerakkan perempuan. Saat mendidik dan mengembangkan wanita juga adalah sedang membangun satu generasi. Karena itu tema CSR tahun ini difokuskan untuk perempuan," ujar
Director of Legal and Compliance, Information Technology and Management Trainee Avrist Assurance, Makki Ibrahim Kusuma.
Makki mengatakan pihaknya menyalurkan Rp 124 juta dalam program ini untuk selama satu tahun. Nantinya program akan dikembangkan selama lima tahun dengan jumlah pembiayaan yang meningkat di tiap tahunnya.
"Yang kami ingin capai bukan pengembalian, tapi mengembangkan perempuan di daerah itu," ujar Makki.