REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Olimpiade London 2012 adalah Olimpiade kedua bagi seorang Tony Gunawan. Pebulutangkis veteran yang kini membela panji Amerika Serikat tersebut berharap bisa mengikuti Olimpiade ketiganya, tapi bukan sebagai pemain melainkan sebagai pelatih.
"Mudah-mudahan saya bisa kembali lagi sebagai pelatih," katanya yang ditemui usai bertanding di Wembley Arena, London, Senin (30/7) kemarin.
Untuk mewujudkan mimpinya itu, mantan pemain Pelatnas Indonesia tersebut sejak setahun yang lalu mendirikan akedemi bulu tangkis di Pomana, California. Akademi yang dinamai Global Badminton Academy itu ia dirikan bersama istrinya yang juga mantan pebulu tangkis Indonesia Etty Tantri.
Bersama pasangannya Howard Bach, Tony tersingkir di babak penyisihan grup kelas ganda putra Olimpiade London 2012. Kendati begitu ia tak menyesal telah mengikuti pesta olahraga akbar empat tahunan tersebut.
Sebagai jalan merealisasi mimpinya untuk kembali ambil bagian di Olimpiade ketiganya, akademi yang didirikan bersama sang istri, kini sudah menjaring 33 murid yang usianya berkisar antara 7-16 tahun. "Akademi ini membuka latihan empat kali seminggu, tetapi pesertanya terserah mau ambil berapa kali seminggu," kata pria kelahiran Surabaya 9 April 1975.
Karena ingin fokus pada akademi yang ia dirikan itu, Tony memutuskan untuk meninggalkan bulu tangkis internasional sebagai pemain dan hanya akan ambil bagian dalam turnamen-turnamen lokal seperti AS Terbuka. "Olimpiade ini mungkin turnamen terakhir saya. Mungkin saya hanya akan bertanding di turnamen lokal seperti AS Terbuka," kata Tony yang di Indonesia pernah berpasangan dengan Candra Wijaya, Halim Haryanto bahkan dengan Rexy Mainaky.
"Kalau saya bertanding terus, siapa yang mengurus akademi," kata peraih penghargaan 'US Olympic Committee Team of The Year 2005' karena menjadi pasangan peraih gelar juara dunia bulu tangkis pertama bagi AS.
Bersama Candra Wijaya, ia mempertahankan tradisi medali emas bagi Indonesia pada 2000 di Sydney. Ia juga meraih sejumlah gelar bergengsi di antaranya juara dunia dan All England, sebelum akhirnya memutuskan untuk hijrah ke AS.