REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Kejutan benar-benar terjadi pada seri pembuka Formula 1 (F1) di GP Australia pekan lalu. Tak hanya soal lima pembalap berstatus juara dunia yang gagal finis di podium, tapi juga soal Daniel Ricciardo.
Publik tuan rumah sempat girang bukan kepalang melihat performa Ricciardo. Pembalap asli Australia itu di luar dugaan mampu finis di urutan kedua. Padahal tim tempatnya bernaung, Red Bull, sama sekali tidak diperhitungkan mengingat hasil jeblok sepanjang pramusim.
"Dua atau tiga pekan lalu, rasanya tidak mungkin bisa duduk di sini sekarang," kata Ricciardo seperti dilansir laman resmi F1.
Ricciardo tak berlebihan dengan pernyataannya tersebut. Jangankan finis di podium, banyak kalangan bahkan sempat memprediksi Red Bull bakal tak mampu finis di Melbourne. Prediksi tersebut terjadi saat juara musim lalu, Sebastian Vettel, hanya mampu melahap empat putaran.
Namun, lima jam setelah berpose di podium juara, Ricciardo mendapat kejutan lainnya. Pembalap usia 24 tahun itu terkena diskualifikasi karena pelanggaran regulasi. Otoritas balap mobil dunia (FIA) menyatakan mobil Ricciardo kedapatan membawa bahan bakar lebih dari 100 kilogram pada sesi balapan.
Kepala tim Red Bull, Christian Horner, menampik timnya telah berbuat curang. Menurut dia, sensor bahan bakar pada mobil Ricciardo tak berfungsi normal. Ia mengaku memiliki bukti.
Sensor bahan bakar milik Red Bull menunjukkan tak ada pelanggaran di mobil Ricciardo. Red Bull pun menyatakan banding.
Berkat diskualifikasi Ricciardo, Kevin Magnussen, berhak naik peringkat menjadi nomor dua di Melbourne. Ini tak kalah mengejutkan mengingat GP Australia lalu merupakan balapan debut Magnussen di F1.
"Sungguh sulit dipercaya. Saya belum pernah membalap di F1 sebelumnya dan jam terbang di tes pramusim sangat terbatas," ungkap pembalap asal Denmark itu.