REPUBLIKA.CO.ID, SEPANG -- Cinta dan benci, dua kata yang mendekati pas dalam menggambarkan hubungan antara Valentino Rossi dan Marc Marquez saat ini. Rossi mungkin pebalap paling berbakat dan tentu saja paling sukses sepanjang hajatan MotoGP.
Di Sepang, Malaysia akhir pekan lalu, Rossi tampil di sirkuit MotoGP untuk ke-329 kalinya. The Doctor resmi memecahkan rekor Loris Capirossi yang mencapai 328 kali dalam 67 tahun terakhir.
Di Phillip Island, Australia, Rossi sempat menyatakan Marquez terkesan membantu 'teman barunya' Jorge Lorenzo untuk mendapatkan poin mengejar ketertinggalan dari Rossi. Rossi pun 'nyaris' menyindir bahwa ada konspirasi antarpebalap Spanyol, dalam hal ini Marquez dan Lorenzo.
Komentar tersebut keluar dari mulut seorang juara dunia tentu saja menimbulkan tanda tanya. Apakah seorang 46 sebegitu putus asanya memenangkan satu gelar lagi?
Jawaban pun datang. Kecurigaan Rossi terbuktikan pada sesi latihan di Sepang hingga hari H balapan menjelang final. Jika Marquez benar-benar tak ingin membantu Lorenzo mengumpulkan poin lebih, dia tak mungkin semudah itu memberi Lorenzo jalan untuk menyalipnya dari posisi empat menjadi dua di Sepang.
Alih-ahli memburu kembali Lorenzo, Marquez terkesan ingin 'main-main' di garis balap Rossi. Sepanjang kariernya, Rossi dikelilingi oleh tim terbaik dan mesin-mesin terbaik. Pebalap ini dijuluki the Doctor karena selalu melakukan riset sebelum dan sesudah balapan. Rossi paling mengerti dengan dirinya dan motor yang ditungganginya.
Saat melemparkan dugaan ke Marquez di Phillip Island, Rossi tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa setumpuk catatan performa Marquez lap demi lap dan menemukan kejanggalan di sana.