Jumat 08 Dec 2017 17:43 WIB

Para Bos MotoGP Ogah Tarik Pembalap Superbike

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Endro Yuwanto
 Balapan Motogp (ilustrasi)
Foto: AP/Kamran Jebreili
Balapan Motogp (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pekan lalu nama Jonathan Rea menjadi perbincangan hangat di Sirkuit Jerez. Juara Dunia World Superbike itu membukukan catatan waktu hampir sama dengan pembalap teratas MotoGP.

Superbike dan MotoGP bagaikan dua dunia berbeda. Ban, jenis motor, peraturan mesin, dan hal lainnya jelas berbeda. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa tak satu pun tim MotoGP mendekati Rea beberapa tahun terakhir? Padahal dulu Colin Edwards, Troy Bayliss, Ben Spies dan yang terakhir Cal Crutchlow juga berlatar belakang Superbike.

Tren saat ini tampaknya telah berubah, justru pembalap MotoGP yang sering pindah ke Superbike ketika seorang pembalap tak lagi mendapat tempat di tim pabrikan. Jalan ini dimulai pertama kali oleh Max Biaggi, kemudian berlanjut hingga terakhir Nicky Hayden, Stefan Bradl, dan Marco Melandri.

Bos Yamaha, Lin Jarvis mengungkapkan alasannya. "Bakat yang layak masuk ke kelas utama harus melewati Moto2 dan Moto3. Superbike adalah pengecualian untuk kami," katanya dilansir dari GP One, Jumat (8/12).

Yamaha sama halnya dengan Ducati yang lebih suka mencari bakat baru dari tim satelit. Direktur Olah Raga Ducati, Paolo Ciabatti berpikiran sama. "Lebih mudah mengelola pembalap muda dari dua kejuaraan ini (Moto2 dan Moto3)," ujarnya.

Yamaha sebenarnya telah menjalin kerja sama dengan VR46 Riders Academy melalui Master Camps untuk mencari talenta muda Asia. Ducati di sisi lain mempertimbangkan keikutsertaannya di Moto3. Dorna juga mensponsori beberapa kejuaraan, seperti Minimoto di Inggris, Cev, the Rookies Cup, the Asian Talent Cup, dan the British Talent Cup.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement