REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Petenis Swiss, Stanislas Wawrinka telah lepas dari bayang-bayang rekan senegaranya Roger Federer setelah meraih gelar grand slam pertamanya di turnamen Australian Terbuka 2014.
Wawrinka menang atas petenis nomor satu dunia Rafael Nadal, 6-3, 6-2, 3-6, 6-3 dalam pertandingan final yang berlangsung di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Ahad, (26/1).
Itu adalah turnamen terobosan bagi petenis peringkat 17 ini yang sempat tak diperhitungkan dengan menang secara heroik. Perjalanannya tidak mudah dengan mengalahkan petenis nomor satu dunia di final, lalu mengalahkan petenis nomor tujuh dunia Tomas Berdych di semifinal dan menumbangkan petenis nomor dua dunia Novak Djokovic di perempat final.
Kemenangan atas Nadal juga merupakan kemenangan pertamanya. Wawrinka sudah bertemu sebanyak 12 kali sejak enam tahun silam, tapi tidak sekali pun Wawarinka bisa mengalahkan Nadal.
Pencapaian juara Australia Terbuka 2014 ini membuat petenis berusia 28 tahun itu menggantikan Federer sebagai petenis nomor satu Swiss, yang sudah dipegang sahabatnya itu sejak 2001.
Bagi Wawrinka, selain Federer, musuh beratnya adalah petenis Serbia, Novak Djokovic. Bertatokan sanjak dari sastrawan Irlandia Samuel Beckett "Ever tried. Ever failed. No matter. Try Again. Fail again. Fail better" pada lengan kirinya, Wawrinka telah 14 kali kalah secara beruntun dari Djokovic.
"Pertarungan melawan dia (Djokovic) memberi saya keyakinan diri yang tinggi dan membuktikan saya bisa bermain pada level sangat tinggi dalam pertandingan yang sangat penting melawan salah satu dari para petenis paling tangguh (bug guys)," kata Wawrinka.
Menurut Wawrinka, setelah semifinal AS Terbuka 2013 lalu, dirinya merasa sudah dekat raihan gelar grand slam.
''Namun masih saja terlalu jauh bagi saya untuk mencapai final grand slam. Sulit bagi saya memiliki tujuan untuk mencapai final grand slam, terutama karena kehadiran Federer, Djokovic, Rafael Nadal, dan Andy Murray. Saya tahu saya punya level untuk mengalahkan para pemain top tersebut,'' tuturnya.
Wawrinka disegani karena backhand satu tangannya yang mematikan, tapi dia juga ampuh dalam serve dan forehand. ''Saya kini lebih percaya diri. Saya tahu ketika saya masuk lapangan saya bisa mengalahkan hampir siapa pun,'' terangnya yang mengaku tengah pada kondisi terbaik dalam kariernya dan lebih bisa mengatasi tekanan pada pertandingan-pertandingan besar.
"Tahun lalu saya merasa saya bermain lebih baik, namun saya mengatasi tekanan dengan lebih baik. Saya lebih matang. Saya kini 28 tahun. Saya sudah berlaga selama 10 tahun. Kini saya merasa saatnya saya memainkan permainan tenis saya yang terbaik," katanya seperti dikutip AFP.