REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Dewan Keamanan PBB mengecam peluncuran rudal Korea Utara pekan ini. Mereka mendesak anggota PBB untuk melipatgandakan upaya untuk menegakkan sanksi terhadap Korut. Namun tak ada indikasi untuk melakukan tindakan apapun.
Tes rudal balistik Pyongyang jarak menengah pada Ahad lalu adalah tantangan bagi komunitas internasional sejak Donald Trump dilantik jadi Presiden AS. "Korut merupakan masalah, masalah yang sangat besar. Kami akan menangani hal itu dengan sangat kuat," kata Trump, Selasa, (14/2).
Namun Trump tak membicarakan dan merencanakan apapun. Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan, ini saatnya merespon Korut dengan lebih penuh perhitungan. "Tak hanya dengan kata-kata namun dengan aksi."
Pejabat Amerika, Jepang, dan Korea Selatan melakukan telekonferensi pada Senin kemarin. Mereka mengecam peluncuran rudal balistik Korut. Peluncuran rudal Korut merupakan pelanggaran secara nyata terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB secara berulang.
Pejabat Korsel mengatakan, Amerika telah membuat rencana untuk menempatkan aset-aset strategis dalam latihan militer bersama antara AS dan Korel mendatang. Ini dilakukan karena meningkatnya ancaman dari Korut.
Latihan militer bersama akan dilaksanakan pada Maret mendatang. Namun pejabat Korsel itu tak menyebutkan secara detil aset strategis yang akan dikerahkan tersebut. Pada masa lalu aset strategis yang terlibat termasuk B-2 bomber, jet tempur siluman F-22, dan kapal bertenaga nuklir.
Baca juga, Donald Trump Berjanji Lindungi Korea Selatan.