REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wartawan senior Republika, Alwi Shahab, mengaku risau dengan banyaknya situs-situs Islam di Indonesia yang sudah hilang. Situs-situs itu hilang banyak dikarenakan tidak adanya perawatan, serta kepemilikan yang malah sudah berpindah tangan.
"Padahal, di situlah kita bisa menggali apa yang sudah dilakukan Jamiatul Khair (salah satu institusi swasta Islam pertama di Indonesia) misalnya," kata Abah Alwi saat menerima kunjungan Rabithah Alawiyah, Jum'at (17/2).
Beberapa kali Abah Alwi mengaku sudah mencari tempat-tempat bersejarah Islam di Indonesia, yang ternyata sudah tidak terurus lagi. Sedangkan, tempat-tempat itu merupakan embrio bukan cuma ormas-ormas Islam, melainkan perjuangan dan kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, ia merasa, generasi masa depan umat Islam di Indonesia harus bisa mengenal sejarah Islam di Tanah Air, sehingga tidak melupakan akar budaya mereka. Terlebih, tempat-tempat bersejarah yang belakangan banyak hilang betul-betul merupakan embrio ormas-ormas Islam di Indonesia.
"Maka, jangan sampai tempat-tempat bersejarah (Islam dan Indonesia) itu hilang begitu saja," ujar Abah Alwi yang dengan suara seraknya, tetap terlihat begitu bersemangat menceritakan sejarah Islam di Indonesia.
Sanjungan pun tidak cuma terlontar dari redaksi dan direksi Republika, melainkan dari segenap pimpinan Rabithah Alawiyah yang silaturahim ke Republika. Bahkan, Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zein bin Umat Smith, menilai Abah Alwi bukan cuma sosok ayah dari Republika.
"Bukan cuma Republika, Abah Alwi ini ayah kita semua," kata Zein.