Kamis 23 Feb 2017 10:30 WIB

Namrudz, Raja Cerdas yang Lalim

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Mahkota Raja (Ilustrasi).
Foto: IST
Mahkota Raja (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adapun Raja Namrudz (Nimrodz)--diperkirakan hidup pada tahun 2275-1943 SM)--yang membakar Ibrahim adalah seorang raja Babilonia yang sangat lalim dan kejam. Di balik kekejaman itu, ia juga dikenal sebagai seorang raja yang cerdas, namun tidak beriman kepada Allah SWT. Ia mengaku tuhan yang dapat menghidupkan dan mematikan.

Namrudz dijuluki juga sebagai The Mighty Hunter karena keahliannya berburu. Selain itu, Namrudz juga digelari Dewa Bacchus dan juga Dewa Matahari.

Menurut beberapa sumber, Namrudz sangat menggemari matematika dan segala hal yang terkait dengan angka serta astronomi. Dalam wikipedia, disebutkan bahwa Namrudz-lah yang konon menemukan system sexagesimal yang membagi sebuah lingkaran dalam 360 derajat.

Selain itu, dia juga menetapkan bahwa satu hari terbagi dalam 24 jam, lalu setiap jam terbagi menjadi 60 menit, dan satu menit terbagi menjadi 60 detik.

Namrudz pula yang konon menyatakan pertama kalinya bahwa permulaan hari adalah selepas tengah malam, bukan saat matahari terbenam seperti kepercayaan sebelumnya.

Kesukaan Namrudz kepada angka-angka dan geometri membuatnya sering mencorat-coret rancangan jembatan, bangunan besar, kuil, dan juga menara. Sistem irigasi di lembah Tigris dan Eufrat serta penggunaan tanah liat yang dibakar dan dibentuk menjadi kotak-kotak yang kini dikenal sebagai batu bata juga berasal dari Namrudz. Bahkan, pencakar langit yang pertama di dunia, Menara Babil atau Babel (Babylonia Tower), juga dibuat olehnya.

Belum cukup dengan merancang desain aneka bangunan, Namrudz juga suka mengutak-atik angka dan menghubungkannya dengan gerakan bintang dan planet sehingga menghasilkan apa yang kita kenal sekarang sebagai horoskop dan palsmistry (rajah tangan).

Kisah Menara Babel melambangkan keangkuhan, kesombongan manusia, yang disebut-sebut dalam Kitab Kejadian, Kitab Suci Perjanjian Lama. Pembangunan menara ini diprakarsai oleh Nimrodz, anak cucu Nabi Nuh di zaman Babilon kuno, sebelum zaman Nebuchadnezzar. Orang tua Nimrodz adalah Cush, putra Ham.

Bahkan, demikian menurut cerita, Kota Babilon dan Niniwe juga pertama dibangun oleh Nimrodz. "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit. Marilah kita cari nama supaya kita jangan terserak ke seluruh Bumi," demikian antara lain bunyi ajakan Nimrodz kepada orang-orangnya, seperti yang ditulis dalam Kitab Penciptaan.

Lambert Dolphin dalam The Tower of Babel dan The Confusion of Languages berusaha mencari jawaban, mengapa mereka membangun menara seperti itu. Untuk apa menara itu dibangun? Mencari kepuasan diri dan kemegahan diri. Itulah jawaban singkat Lambert Dolphin.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement