Senin 06 Mar 2017 11:23 WIB

Harga Cabai Rp 150 Ribu per Kilo di Ambon

Harga cabai di sejumah pasar terus mengalami kenaikan (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Harga cabai di sejumah pasar terus mengalami kenaikan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Harga cabai rawit merah di pasar tradisional Kota Ambon, Maluku yang ditawarkan para pedagang eceran kembali bergerak naik. Hari ini harganya sudah mencapai 150 ribu per kilogram.

Di Pasar Mardika dan Gotong Royong Kota Ambon, Senin (6/3) pagi, para pedagang memasang harga cabai rawit mulai dari Rp 140 ribu hingga Rp 150 ribu per kilogram. Harga itu naik dari sebelumnya yang seharga Rp 100 ribu per kilogram pada awal Maret. "Sungguh luar biasa kenaikan harga cabai di Ambon, mungkin para pedagang mengikuti perkembangan harga yang mereka lihat dan dengar di layar televisi," kata Marrya, ibu rumah tangga yang menekuni usaha restoran di salah satu sudut Kota Ambon.

Menurut dia, sekarang ini harga cabai di hampir sebagian besar wilayah Pulau Jawa naik. Ia juga mengatakan, sebenarnya stok cabai rawit di pasar Mardika saat ini cukup banyak. Tetapi anehnya cabai rawit dan cabai merah biasa sama-sama naik harganya.

"Di Pulau Jawa harga cabai rawit memang di atas Rp 100 ribu per kg. Sedangkan harga cabai merah biasa itu hanya Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu per kg. Harga cabai keriting di Kota Ambon sekarang ini Rp 40 ribu per kg," ujarnya.

Berbeda dari Marrya, pedagang cabai di Pasar Mardika bernama Jody mengatakan pasokan sudah sangat berkurang dari petani. "Kalau yang terlihat cukup banyak itu pedagang memanfaatkan kesempatan untuk menjual dengan harga mahal. Kemungkinan besar mereka juga mendengar akan terjadi perubahan naik harga cabai, dan sekarang memang betul terjadi perubahan harga naik," katanya.

Selain itu, lanjutnya, bisa saja para pedagang membeli cabai dari tengkulak sehingga harganya di pasar pasti tinggi. Jody menyatakan dia dan pedagang lain hingga saat ini belum membeli dari petani."Informasi yang berkembang, musim penghujan sekarang ini turut mengganggu tanaman cabai sehingga mempengaruhi masa panen juga," ujarnya.

"Akibatnya pasokan dari petani ke pasar tradisional Kota Ambon agak berkurang. Kalau cabai keriting, selain produksi petani lokal juga ada yang didatangkan dari Surabaya untuk memenuhi permintaan pasar," katanya. 

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement