REPUBLIKA.CO.ID, Pesantren Cijantung, Ciamis didirikan oleh KH. Muhammad Siroj (Alm) pada 1935. Nama pesantren Cijantung diambil dari nama Kampung tempat pertama didirikannya pesantren yaitu kampung Cijantung di wilayah Desa Dewasari.Namun setelah berkembang, pesantren Cijantung berpindah ke kampung Citutut tak jauh dari kampung Cijantung.
Awalnya, Pesantren Cijantung merupakan pesantren tradisional yang khusus mempelajari Alquran. Setelah itu, pada 1970 berkembang sekolah. Sekolah pertama yang berdiri adalah Madrasah Muta'alimin. Di 1977, berdiri Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Al-Islam. Setelah berdiri MTs Harapan Baru, dibangunlah Madrasah Aliyah pada tahun 1988. Kemudian Madrasah Aliyah tersebut di negerikan pada 1997 dengan nama Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cijantung.
Selanjutnya dibentuklah yayasan Pendidikan Al-Islam Cijantung. Diungkapkan Hj Epon Farida Hani SpdI, salah seorang mudaris bidang fiqih/tauhid Pesantren Cijantung, seiring dengan perkembangan jaman, metode pembelajaran yang semula menggunakan metode klasikal, maka mulai berubaha menggunakan metode-metode percepatan mutu pendidikan pada 2006. Antara lain metode Amtsilaty (cara cepat baca kitab kuning), metode Qiro'aty (cara cepat baca Alquran) serta metode BBQ.
Sejalan dengan itu, menurut Epon, dalam rangka menunjang dan mendukung kelancaran pendidikan di pesantren, dibangun pula lembaga-lembaga penunjang dan infrastruktur lainnya. Pada 1994, didirikan lembaga perekonomian pesantren, yaitu Kopontren/ BMT Asy-Syifa yang bergerak di bidang usaha perdagangan umum dan jasa simpan pinjam.
Kemudian, pada 1996, didirikan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), yang diresmikan langsung oleh Kadinkes Jabar. Selanjutnya, pada 2000 didirikan Lembaga Pendidikan Komputer, pada 2003 telah dibangun gedung perpustakaan pesantren, dan di 2008 dikembangkan usaha Air Quro Hexagonal.
Semua pembangunan prasarana pendidikan itu, kata Epon, karena Pesantren Cijantung ingin mewujudkan visinya yaitu menjadi pesantren modern yang berbasis kajian Ulumul Quran dengan mengembangkan madrasah unggulan dan program takhasus Alquran yang dapat memainkan peran dan fungsinya secara independen dalam bingkai Ahlu 'l Sunnah wa 'l-Jamaah.
Untuk itu, kata Epon, kajian kepesantrenan terintegrasi secara sistematis dengan program pendidikan madrasah formal terus dilakukan. "Kajian kepesantrenan difokuskan kepada penyelenggaraan dan pengembangan tiga program," ujarnya. Yaitu tahfidz, tafsir dan bahasa Arab.
Menurut Epon, ketiga program ini menjadi program inti kepesantrenan yang didesain dapat menopang, memicu dan mengakselerasi capaian kompetensi lainnya. Selain itu, kepesantrenan menyelenggarakan program kajian dasar umum sebagai basis pembiasaan moral akhlak. Yaitu aqidah, fiqih dan tasawuf.
Lebih lanjut Epon menjelaskan bahwa program tahfidz diterapkan mulai tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah hingga Aliyah. Capaian program, mulai dari hafalan 3,6,10 sampai 30 juz sesuai minat dan kemampuan siswa berdasarkan hasil pemetaan minat dan kemampuan pada awal program kepesantrenan.
Sementara program tafsir juga diterapkan di MI, Mts dan MA. Diharapkan, melalui program ini, siswa/santri memiliki wawasan komprehensif dan holistik mengenai kandungan Alquran dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga literatur yang menjadi bahan kajian para siswa dan santri dalam mendalami program tafsir. Ketiganya adalah Tafsir Irab Alquran wa al-Bayan karya Syaikh Muhammad al Darwisqy, Shafwat al-Tafasir karya Syaikh Ali al-Shabuny dan Tafsir li Jalalain karya Jalaludin al-Suyuthi dan al-Mahally.
Program bahasa Arab melalui metode al-Tamyiz juga mulai diterapkan secara intensif sejak kelas tiga Madrasah Ibtidaiyah. Target utama program ini, kata Epon. adalah setiap siswa/santri di seluruh tingkatan madrasah (MI, MTs dan MA) dalam waktu tidak kurang dari enam bulan mampu menguasai qawa'id lughah al-'arabiyyah (nahw wa sharf) dan mampu menerapkan dalam menerjemahkan Alquran dan literatur kitab kuning.
Selain itu, Pesantren Cijantung juga menerapkan program Madrasah Model. MI Model Andalan didirikan tahun 2007. MI Andalan ini menjadi salah satu madrasah swasta model tingkat dasar terkemuka di Kabupaten Ciamis dengan nilai akreditasi A.
Saat ini", kita sudah tutup pendaftaran untuk MI Andalan, karena memang sudah penuh," kata Kepala MI Andalan Dra Ipah Hamidah pada Republika belum lama ini.
MI Andalan menerapkan beberapa sistem kontemporer. Antara lain sistem pembelajaran berbasis kolegial, sistem pendidikan alamiah berbasis fitrah qurani serta mengadopsi terbatas kurikulum internasional dalam bahasa Inggris dan matematika, kemitraan masyarakat-madrasah serta pendekatan pendidikan berdasarkan brain heart based learning system. Juga mengembangkan kurikulum berbasis keunikan dan kemandirian anak.
Sementara untuk Madrasah Tsanawiyah (Mts) Model Harapan baru, merupakan pengembangan dari MTs al-Islam (1986-2012). Namun sejak 2012, MTs al-Islam diubah namanya menjadi Harapan Baru. Sejalan dengan berbagai pembaruan kelembagaan yang ditujukan untuk menjadi madrasah model modern unggulan sehingga menjadi madrasah yang diharapkan dapat melahirkan generasi Muslim yang benar-benar tangguh dan memberikan kontribusi terbaik bagi kemajuan bangsa peradaban Islam secara umum. Dan pada 2014, mengikuti akreditasi yang diselenggarakan Kementerian Agama dan mendapat nilai A untuk kumulasi nilai dari delapan proses pendidikan madrasah.
Sedangkan Madrasah Aliyah Negeri Cijantung didirikan 2006 sebagai pengembangan dari Madrasah Aliyah Pesantren Alquran Cijantung yang berdiri sejak 1989. Dengan ditopang ifrastruktur madrasah yang lengkap, MAN Cijantung mentahbiskan menjadi madrasah model berbasis pesantren.
Istimewanya, seluruh siswa diharuskan tinggal di asrama pesantren. Sehingga, dapat mengikuti program dan pembinaan kepesantrenan secara intensif.
Dikatakan Ipah, MAN Cijantung juga didukung dengan program unggulan dan SDM yang mumpuni. Selain itu, didukung pula dengan kelengkapan infrastruktur, lingkungan yang nyaman, kapasitas asrama putra dan putri yang memadai, akses internet 24 jam, koperasi pondok pesantren, Poskestren, perpustakaan pesantren yang cukup lengkap, pelayanan air bersih mencukupi, pusat kegiatan santri yang representatif dan sarana pendukung lainnya.
Secara umum santri Pesatren Alquran Cijantung terbagi dalam tiga kategori tingkatan usia. Yaitu santri tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Selebihnya, santri mahasiswa dan umum atau disebut santri Takhosush. Para santri pada umumnya berasal daro wilayah priangan timur seperti Ciamis, Banjar, Tasikmalaya, Bandung dan Sumedang. Juga dari Majalengka, Kuningan, Cianjur, Subang, Purwakarta, Cirebon, Cilacap, Brebes dan Jadebotabek. Juga ada yang berasal dari Lampung, Sumsel, Batam dan NTT.
Jumlah santri tahun ajaran 2016/2017, untuk yang menginap atau mukimin yaitu santri MTs 425 santri, MAN 470 santri, serta santri Takhosush sebanyak 265 santri. Total santri yang menginap atau mukimin 1.160 santri. Sedangkan santri yang non mukimin, total 1863 santri. Terdiri dari Madrasah Diniyah 275 santri, MI 338 santri, Raudhatul Athfal (RA) 50 santri serta Majelis Taklim sejumlah 1.200 orang.