REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengungkapkan, mesin kendaraan berbahan bakar minyak lebih cepat responnya. Namun hal ini menurut dia justru memberi kelebihan bagi angkutan dengan bahan bakar gas (BBG).
"Gas itu less responsive, tapi itu sangat menguntungkan penumpang. Lebih adem, nggak perlu banyak berzikir," ujar Arcandra yang langsung disambut tawa para hadirin di lapangan parkir IRTI Monas, Jakarta, Senin (13/3).
Ia berharap pemerintah memberi contoh bagaimana realisasi penggunaan BBG. Kendaraan-kendaraan milik para pejabat negara tersebut menjadi pemantik penggunaan BBG. Untuk realisasi penggunaan BBG, pemerintah membagikan 5.000 konverter kit. "(Itu untuk) Pancingan dari pemerintah," kata Arcandra.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mewacanakan aturan bahwa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) wajib memiliki dispenser gas di dalam area pengisian. "Ini langkah yang ditempuh untuk memicu konsumsi bahan bakar minyak (BBM) menjadi BBG. Namun, memang infrastruktur lainnya juga harus mendukung," kata Arcandra.
Kebijakan tersebut diambil karena tidak ditemukannya kadar bahaya gas bagi transportasi masyarakat, selain itu, sumber dayanya juga masih tersedia. Menurutnya hal ini harus menjadi prioritas karena BBM sudah waktunya berkonversi. Ia juga mengharapkan produsen mobil mendukung kampanye konversi dari bahan bakar minyak menjadi mobil berbahan bakar gas (BBG).
"Pertanyaannya adalah apakah produsen mobil mau membangun konverter kit untuk gas? Ya kami harapkan dukungannya agar bisa memproduksi kendaraan bisa berbahan bakar minyak dan gas. Konversi ini akan melibatkan banyak hal," kata Archandra.
Baca Juga: Pemerintah Sebut Dispenser BBG akan Untungkan Pengusaha SPBU