Kamis 24 Jul 2025 10:47 WIB

Tensi Dagang Mereda, Arus Modal Asing Masuk RI, IHSG Makin Kuat

IHSG dibuka menguat 15,85 poin atau 0,21 persen ke posisi 7.485,08.

Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis pagi (24/7/2025) dibuka menguat seiring dengan masuknya aliran modal asing (capital inflow) ke pasar modal Indonesia, berkat meredanya tensi perang dagang di tingkat global.

IHSG dibuka menguat 15,85 poin atau 0,21 persen ke posisi 7.485,08. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 3,00 poin atau 0,38 persen ke posisi 793,44.

Baca Juga

“Kami memproyeksikan IHSG berpotensi melanjutkan penguatan hari ini, didukung oleh perkembangan positif kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE), penurunan tarif dengan Jepang, arus modal asing yang signifikan, serta penguatan nilai tukar rupiah,” kata Analis Panin Sekuritas, Reydi Octa, dalam kajiannya di Jakarta.

Pada perdagangan Rabu (23/7), IHSG ditutup menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) di level 7.469,23, dengan nilai transaksi mencapai Rp 15,8 triliun. Investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 664 miliar.

Dari mancanegara, negosiasi dagang antara AS dan Uni Eropa menunjukkan kemajuan. Sejumlah diplomat Eropa menyatakan adanya kemungkinan penurunan tarif menjadi 15 persen untuk barang-barang dari UE ke AS, dari sebelumnya 30 persen.

Sentimen positif juga datang dari perjanjian tarif baru antara AS dan Jepang, yang kini turun dari 25 persen menjadi 15 persen.

Namun demikian, pelaku pasar tetap bersikap wait and see menjelang pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada 29–30 Juli 2025. Pertemuan tersebut diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di tengah ketidakpastian ekonomi, meskipun Presiden AS Donald Trump terus mendesak pemangkasan suku bunga.

Dari komoditas, harga timah naik 2,22 persen dan emas menguat 1,05 persen. Sementara itu, harga minyak Brent dan Nymex masing-masing melemah sebesar 1,45 persen dan 0,12 persen. Harga tembaga melonjak 1,72 persen menjadi 5,9 dolar AS per pon, terdorong oleh kebijakan tarif baru AS terhadap tembaga olahan sebagai bagian dari strategi memperkuat industri dalam negeri.

Untuk data ekonomi, dari Jerman akan dirilis HCOB Manufacturing Flash bulan Juli 2025 yang diperkirakan naik ke level 49,4 dari 49,0 pada Juni. Dari Inggris, indeks S&P Global Manufacturing PMI Flash diperkirakan naik menjadi 48 dari 47,7. Sedangkan dari AS, indeks serupa diprediksi turun tipis menjadi 52,5 dari 52,9 pada bulan sebelumnya.

Bursa saham Eropa pada Rabu (23/7) ditutup bervariasi, dengan Euro Stoxx 50 menguat 1,00 persen, indeks FTSE 100 Inggris naik 0,42 persen, indeks DAX Jerman melemah 0,83 persen, dan indeks CAC Prancis naik 1,37 persen.

Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street juga ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 507,85 poin atau 1,14 persen ke level 45.010,29. Indeks S&P 500 naik 0,78 persen ke rekor penutupan baru di 6.358,91, dan indeks Nasdaq Composite menguat 0,61 persen ke 21.020,02, menjadi penutupan pertama kalinya di atas level 21.000.

Bursa saham regional Asia pada Kamis pagi turut menguat. Indeks Nikkei naik 787,18 poin atau 1,05 persen ke 41.963,50, indeks Shanghai menguat 8,93 poin atau 0,25 persen ke 3.591,76, indeks Hang Seng naik 104,06 poin atau 0,41 persen ke 25.629,00, dan indeks Straits Times naik 18,49 poin atau 0,44 persen ke 4.249,00.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement