REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi meminta Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memasukkan pesepak bola Andri Syahputra ke dalam ‘daftar hitam’ pemain. Permintaan itu, menyusul penolakan pesepak bola milik Al Gharafa SC di Liga Qatar tersebut, atas pemanggilan pelatih timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri.
Sekertaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot Dewa Broto menegaskan, pemerintah kecewa dengan keputusan Andri yang menolak memperkuat skuat negara. Padahal, Gatot mengatakan, pemain 17 tahun tersebut, masih menjadi warga negara Indonesia (WNI) penuh.
"Kalau dia (Andri) nggak mau bela timnas, kami (pemerintah) menyarankan agar PSSI mencoret dia. Memasukkan nama dia dalam daftar black list," kata Gatot saat ditemui di kementeriannya, di Jakarta, Jumat (24/3).
Gatot menilai, penolakan Andri tersebut, bentuk dari peremehan terhadap negara. Menurut dia, pengabdian pesepak bola nasional tersebut negara, salah satunya bersedia membela timnas Garuda.
Gatot membandingkan keputusan Andri tersebut dengan pesepak bola bintang di daratan Eropa. Menurut dia, pemain-pemain papan atas dunia, punya nasionalisme kuat ketika membela timnas negaranya masing-masing. Yaitu, dengan tak ada alasan penolakan ketika kepelatihan timnas memanggilnya pulang.
Karena itu, dia menilai, pemain-pemain Indonesia yang berada di luar negeri, meniru sikap para pemain bintang dunia tersebut. "Kalau kita lihat di (liga-liga) Eropa, sehebat apa pun pemain, dia pasti akan patuh dan bangga jika diminta membela timnas. Karena itu bagian dari salah satu bentuk pengabdian terhadap negara," kata Gatot.
Kemenpora bersama PSSI dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sejak akhir tahun lalu, mendata pesepak bola berdarah Indonesia maupun campuran yang merumput di negara-negara Eropa dan Timur Tengah. Pendataan tersebut, bagian dari usaha membawa pulang para pemain tersebut, agar bersedia memperkuat timnas Garuda. Salah satu yang terdata, yakni Andri yang bermain di Liga Qatar.
Andri, pemain muda Indonesia tulen, berdarah Aceh. Sejak lahir dia bersama keluarga di negara penghasil minyak tersebut. Andri diminta pulang memperkuat timnas Garuda U-19. Kepelatihan U-19, di bawah komando Indra Sjafri memasukkan namanya ke dalam pemain-pemain yang bisa memperkuat timnas Garuda Muda.
Bahkan, nama Andri masuk ke dalam 12 pemain lainnya yang kini merumput di La Liga Spanyol, untuk mengikuti seleksi timnas. Seleksi dan latihan bersama para pemain khusus tersebut, akan dimulai pada awal bulan mendatang. Namun, pekan lalu, Andri menolak bergabung dalam skuat kepelatihan U-19 bentukan Indra.
Direktur Media dan Hubungan Internasional PSSI, Hanif Thamrin, pekan lalu mengungkapkan, federasi nasional sudah menerima penolakan Andri tersebut. Menurut dia, penolakan itu disampaikan oleh sang ayah, Agus Sudarmanto. Agus, diterangkan Hanif menyampaikan, agar PSSI tak lagi perlu menyeret nama putranya itu, ke dalam timnas Garuda Muda.
Selain Andri, pemain Indonesia hasil pendataan di luar negeri lainnya, yakni Emil Audero Mulyadi juga pernah menyatakan penolakan bergabung bersama timnas Garuda. Mulyadi, kini bermain bersama Juventus sebagai penjaga gawang lapis ketiga. Pemain 20 tahun tersebut, punya darah saparuh dari Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun, dia pernah mengatakan, lebih memilih bergabung bersama timnas Italia.
Sementara itu, striker milik Ajax Amsterdam, Ezra Walian, yang sejak Desember 2016 lalu menyatakan ingin menjadi WNI demi timnas Garuda, resmi memiliki paspor Indonesia. Pemain 19 tahun berdarah Manado dan Belanda itu, memulai debutnya bersama timnas saat laga uji coba dengan Myanmar, Selasa (21/3).
Pelatih timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri tetap membuka pintu untuk Andri. Namun, Indra memberi syarat Andri tetap mengikuti seleksi nasional. "Saya berharap dia (Andri) sudah bisa tiba di Indonesia untuk latihan bersama timnas U-19 pada 6-10 April nanti," katanya kepada Antara, awal pekan ini.