REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dra Hj Siti Faizah *)
Seakan baru tersadar dari lelap tidur panjang dan mimpi indah. Tiba-tiba tabuh gendering perlawanan sontak dari berbagai arah dan tempat, mengarahkan umat Islam untuk segera berbenah dan bergegas pada satu keyakinanbela Islam. Geliat musuh sepertinya sudah penuh perencanaan, siap mempertaruhkan keyakian yang selama ini dianggap benar. Muslim dimanapun, saat ini, layaknya satu badan dan sekarang berambah yakin memang butuh barisan yang solid dan kompak. Berpadu semangat membela keislaman dan membela Alquran melalui penistaan surah al-Maidah ayat 51.
Peristiwa ini tidak hanya mendatangkan kecaman, penyesalan, dan sakit hati. Melainkan puji syukur kehadiran Allah Taala yang telah menganugerahkan hikmah besar dan membangkitkan kesadaran, kepemilikan, kecemburuan, kewaspadaan pada kaum muslimin. Yang terpenting justru bangkitnya kembali persatuan umat Islam yang sempat terpeccah-belah dan terkecoh oleh perbedaan paham yang sesungguhnya menjadi pemakluman sejak Nabi SAW hidup dahulu kala dan justru tanda kerahmatan-Nya.
Semangat ukhuwah dan persatuan umat Islam yang hadir dalam aksi damai jilid kedua, 4 november 2016 dalam jumlah yang besar, sangat mengharapkan keikhlasan niat, tidak mudah terprovokasi, mengedepankan bahasa yang santun, damai, dan menyejukkan kalbu hingga terkabulnya keinginan besama untuk memproses secara hokum penistaan Alquran. Memperjuangkan tegaknya keadilan hukum bagi seluruh warga Negara Indonesia yang berdaulat dan berkeadilan.
Ada realitas pemahaman yang perlu dihadirkan ditengah umat mempelajari ayat-ayat Allah dalam Alquran yang akan menjadi penguat argumentasi dan pertanggungjawaban di mata public dan di hadapan-Nya kelak. Metadabburi merupakan perintah dan cara Allah menggikan derajat kaum Muslimin. Semoga kejadian ini menambah hikmah dalam pea sejarah Islam di Indonsia dan di dunia, bekal menuju kebangkitan kaum muslimin dari keterpurukannya selama satu abad, sejak runtuhnya Khilafah Islamiyah Turki.
Menurut kaitan sebab turun ayat 51 surah al-Maidah ini, mengutip dari Tafsir Ibnu Katsir dari Muhammad bin Ishaq yang meriwayatkan dari Ubadah bin Wallid bin Ubadah bin Shamit, dia berkata “Tatkala Bani Qainuqa memerangi Rasul SAW, Abdullah bin Ubbay bin Salul bergantung pada mereka dan berdiri dibelakang mereka. Ubadah bin Shamit yang bersekutu dengan Bani Auf bin Khazraj meminta mereka pergi menuju Rasul SAW dan berkata “Wahai Rasulullah, aku membebaskan diri dari sumoah mereka dengan berlindung kepada Allah, Rasul-Nya serta berwali kepada Allah, Rasulullah dan kaum mukminin. Akupun melepaskan diri dari kemitraan dengan kaum kafir dan perwakilan kepada mereka.”
Dalam Tafsir Shofwatut Tafasir, dari Ibnu Abbas di berkata, “Rifa’ah bin Zaid dan Suwaid bin Al Harris menampakan keislaman, lalu keduanya bersikap munafik. Kemudia salah seorang dari kaum Muslimin bersimpati kepada keduanya. Lalu turunlah ayat 51 surah al-Maidah. Realitas hari ini merupakan pengulangan sejarah, jika melihat sebagian dari umat Islam (oknum) yang cenderung menyalahkan aksi pembelaan terhadap Alquran. Bahkan bersedia bermitra, mendunkung, berlindung dan bersandar atau menjadi tim sukses bagi yang telah jelas melecehkan ayat Allah Ta’ala.
Hal ini menjadi unsur yang mmenguatkan perwaliannya terhadap orang kafir yang sudah jelas dilarang oleh Allah SWT melalui QS al-Maidah: 51, “Hai orang-orang yang beriman, jangalah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Mereka satu kesatuan dalam kekafiran dan kesesatan, karena agama kafir adalah satu kesatuan. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk pada orang-orang yang zalim”.
Ayat di atas menjadi motivasi yang kuat dan pendirian yang kokoh bagi kaum muslimin dalam menyatakan sikap dan peirilaku dalam berafiliasi, bekerja sama, bermitra, dan saling menolong. Selanjutnya, berhati-hati mengambil sikap dalam memilih “teman setia” apalagi apalagi pemimpi yang akan berdampak pada kehidupan dunia dan di akherat kelak.
Memilih pemimpin bukan sekadar faktor kedekatan, kesukaan, kesukuan, kesenangan, kece-kecean, keuntungan duniawi atau kebanggaan semata. Melainkan terdapat konsekuensi logis yang sangat mendasar bagi kehidupan umat muslim di negeri mayoritas Muslim, dalam mempertahankan akidah yang sangat dasar, akhlak sebagai pribadi muslim, berkeluarga, pernikahan, hukum, peradilan, dan pelaksanaan keadilan.
Mu’amalah, penataan hubungan kaum Muslim dengan agama lain yang sangat mempengaruhi posisi mereka di dunia dan di akhirat. Teringat sebuah ceramah Daai sejuta umat, (alm) KH. Zainuddin MZ, “Allah Ta’ala memang menjamin Islam akan terus ada di muka bumi hingga akhir zaman, namun Dia tak menjamin bahwa Islam akan terus ada di Indonesia. Naudzubillahi min dzalik."
Mengomentari al-Maidah ayat 52, Abdullah bin Masud mengingatkan, “Apabila kamu mendengar Ya Ayyuhalladzna aamanu, pasanglah pendengaranmu karena sesungguhnya ada kebaikan sehingga diperintahkan melakukannya atau ada keburukan sehingga dilarang melakukannya. Sedangkan makna, Yaa Ayyuhalladzina aamanu, wahai kalian yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya iman. Wahai kalian yang ridha kepada Allah sebagai Tuhan. Wahai kalian yang telah menetapkan Allah sebagai sembahan, dengankan dan taatilah Allah.awliya adalah jama dari wali yang memiliki arti yang banyak, yaitu wali, pemimpin, loyalitas, teman setia, kepercayaan, dukungan, keberpihakan yang Allah Taala melarang diberika kaum Muslimin terhadap orang Yahudi dan Nasrani."
Sepanjang sejarah, prinsip ini tidak pernah berubah sama sekali. Telah tampak kebencian dari mulut mereka bahkan yang mereka sembunyikan jauh lebih besar lagi. Kebencian mereka disebabkan keislaman dan hal itu bersifat permanen, abadi dan autentik.
Adalah konsekuensi alami dan realistis, bila sebagian orang Yahudi dan Nasrani menjadi bpemimpin bagi sebagian yang lain. Orang yang mengangkat mereka menjadi pemimpin termasuk dari golongan mereka. Dengan kata lain, individu dari barisan muslim yang mengangkat mereka menjadi pemimpin berarti dia telah mengeularkan dirinya dari barisan Muslim dan tergabung dalam barisan kafir.
Ini menzalimi diri sendiri, agam Allah dan kaum Muslimin. Allah memasukannya kedalam golongan Nasrani dan Yahudi yang telah diberinya wala’. Allah tidak menunjukinya kepada kebenaran dan tidak mengembalikannyakepada barisan Muslim dengan demikian, ayat ini menjadi pemisah (musfashalah) yang diperlukan seorang muslim di setiap tempat dan setiap generasi. Sesungguhnya banyak sekali ayat yang melarang hal serupa dalam Alquran, antara lain bisa dibaca dalam QS al-Maidah : 57, 80-81, Ali Imran : 28, 118, 19-150, Annisa : 138-141, 144, at-Taubah : 16, 23, al-Mujadilah: 14-15, 22, al-Mumtahanah: 1,5,13, al-Qashash : 86
Saat surah al-Maidah yang menjadi permulaan peringatan bagi kaum Muslimin di Indonesia. Setidaknya ada lima hal penting yang menjadi pembelajaran bagi umat Islam :
Penamaan surat ini denga Al Maidah karena penyebutan kisah al-Maidah (QS al-Maidah: 112-115). Yakni kisah prmohonan umat Nabi Isa AS yang dikabulkan oleh Allah Taala, berupa berupa turunnya hidangan dari langit sebagai cara menambah keyakinan mereka akan kekuasaan Allah Taala dan kenabian Isa AS.
Sejarah telah membuktikan kaum Hwariyum (pengikut setia Nabi Isa as) telah memenuhi janji mereka kepada Allah Taala untuk menaati Allah Swt dan tutsan-Nya, maka kaum Muslimin hari ini dan sampai kapanpun di tuntut untuk memenuhi janji kepada Allah dan kesetianaan mereka dalam membela kebeneran Islam dan kitab Alquranul Karim.
Sebagaimana hadis yang dikutip Khowathir Quraniyah menyebut, “Ajarkan anak laki-laki kalian surat Al Maidah dan ajarkan pula anak-anak perempuan kalian Surat Annur”. Mari kita realisasikan wasiat Rasulullah kepada generasi Islam, agar Islam menjadi agama pilihan dan benteng yang kokoh bagi mayoritas generasi Indonesia.
Ada 88 ayat yang dimulai dengan Yaa Ayyuhaladzina aamanu. Dalam surah al-Maidah ini terdapat ayat seruan, “Yaa Ayyuhaladzina aamanu lebih banyak, yakni 16 kali dibangdingkan yang terdapat dalam surat lain, termasuk yang mengawali surat Al Maidah ayat 51. Sedangkan dalam Al Baqarah hanya 10 kali”. Betapa instruksi Allah sangat banyak dalam surat yang terpopuler.
Aisyah ra mengatakan “sesungguhnya surat Al Maidah merupakansurat Alquran yang terakhir diturunkan. Apa saja yang kalian dapatkan di dalamanya tentang urusan yang dihalakan, hendaknya kealian menghalalkannya. Sebaliknya apa saja yang kalian dapatkan dalam urusan yang diharamkan, hendaknya kalian mengharamkannya”. Surat ini memang penting untuk dipelajari dalam rangka menambah ketaatankaum muslimin terhadap Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Surah al-Maidah ini berisi penolakan keras terhadap orang kafir (QS al-Maidah: 73). Di dalamnya juga terdapat akhir surah Alquran berkenaan dengan hokum halal dan haram sekaligus menjadi ayat penutup bagi turunnya wahyu Allah Taala kepada Rasul Saw (QS al-Maidah: 3).
Saat ini, menjadi momentum emas bagi umat Islam untuk bersatu-padu dalam gerak langkah yang positif, aktif, dan konstruktif, membangun produktivitas amal yang sinergi mengedepankan persamaan dan menghargai perbedaan, menjadikan Alquran dan sunah sebagai bahan rujukan dalam semua sisi kehidupan. Tidak ada yang alpa kecuali telah diatur dalam keduanya. Hanya manusia yang lalai dan tidak mau mempelajarinya. Wallahu a’lam bissawab.
*) Ketua Umum PP Salimah 2015-2020