REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini di kisaran 12 persen sampai 14 persen. Sampai akhir Maret tahu ini, BRI pun sudah menyalurkan kredit hingga Rp 653,1 triliun atau naik 16,4 persen year on year (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 561,1 triliun.
Penyaluran kredit pun akan tetap difokuskan ke kredit Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM). Pasalnya, sektor ini berpotensi besar dan lebih sustainable.
Bahkan kenaikan penyaluran kredit pada kuartal pertama tahun ini pendorong utamanya dari sektor UMKM dengan pertumbuhan mencapai 23 persen. "Sampai Maret 2017, BRI telah salurkan kredit ke UMKM sebesar Rp 471 triliun atau 72,1 persen dari seluruh portofolio," ujar Direktur Utama BRI Suprajarto, saat ditemui di kantornya, di Jakarta, Kamis, (20/4).
Sementara itu, perseroan berencana menahan penyaluran kredit korporasi. Suprajarto menyatakan, BRI tidak fokus pada kredit korporasi maka pertumbuhannya pun hanya 12 persen pada kuartal I 2017.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menambahkan, segmen korporasi di bank berpelat merah ini terbagi dua, yaitu kredit korporasi swasta dan perusahaan BUMN. "Kemungkinan swasta kami kurangi, tetapi kredit untuk BUMN kami dukung," ujarnya kepada wartawan.
Ia menyebutkan, fokus perseroan terhadap penyaluran kredit korporasi ke BUMN adalah ke infrastruktur. Meliputi listrik, pelabuhan, dan lainnya.
Pada kuartal I tahun ini, rasio kredit bermasalah (NPL) gross BRI masih terkendali di bawah tiga persen sebesar 2,16 persen. Sebelumnya pada periode sama 2016, NPL mencapai 2,22 persen.
"NPL ke depan masih bisa dikendalikan dan recovery diharapkan bisa terus dilakukan," tambah Suprajarto. Menurutnya masih banyak sumber yang berpotensi menumbuhkan kredit.