REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketua the Federal Reserve Amerika Serikat (the Fed), Janet Yellen memberi sinyal tetap melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga bertahap meski data ekonomi menunjukkan pelemahan. Pertumbuhan ekonomi AS kuartal pertama tercatat terendah dalam tiga tahun terakhir.
Produk domestik bruto (PDB) bertahan pada laju tahunan 0,7 persen di tiga bulan pertama tahun ini. Posisi tersebut turun dari 2,1 persen dan 3,5 persen pada paruh kedua 2016. Presiden the Fed untuk Chicago, Charles Evans mengatakan pihaknya telah mengambil kebijakan menurunkan suku bunga atau dovish di masa lalu, tetapi optimisme ekonomi tahun ini lebih tinggi. The Fed berencana meningkatkan suku bunga dua tahap lagi tahun ini, sementara ekonom dan pasar melihat pergerakan ekonomi Juni dan September.
Bank Sentral AS akan merilis pernyataan kebijakannya Rabu (3/5) pukul 14.00 waktu setempat. Yellen juga tak akan menggelar konferensi pers atau memperbaharui proyeksi ekonominya. "The Fed hanya perlu memberi pernyataan lembut menjelang pertemuan Juni," kata Kepala Ekonom AS di Morgan Stanley, Ellen Zentner, dilansir dari MarketWatch, Rau (3/5).
Rencana pajak perbatasan (border tax) Presiden Donald Trump masih menjadi topik hangat dalam pertemuan the Fed. Meski demikian, rencana Trump tersebut lebih mirip dengan 'daftar keinginan' sebab masih harus melewati pertimbangan senat. Investor akan mencari petunjuk dari setiap pernyataan pejabat the Fed dalam pidato dan wawancara usai pertemuan. Ada juga rencana mengurangi neraca Bank Sentral hingga 4,5 triliun dolar AS.