Jumat 02 Jun 2017 15:16 WIB
Langkah Trump menarik diri dari kesepakatan Iklim Paris adalah kesalahan.

Eropa Terus Berjalan tanpa Trump

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID,  PARIS -- Para pemimpin Eropa bersumpah untuk terus berjuang melawan pemanasan global. Komitmen tersebut ditegaskan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk menarik negaranya dari kesepakatan iklim Paris pada Kamis (1/6).

Pemimpin Eropa, antara lain dari Prancis, Jerman, dan Italia, mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa mereka menyesalkan keputusan AS menarik diri dari kesepakatan iklim Paris. Terlebih AS menjadi salah satu negara yang menyumbang emisi karbon terbesar di dunia.

Kendati demikian, Eropa akan terus menindaklanjuti kesepakatan iklim yang telah dibuat. "Ini komitmen terkuat kami untuk menerapkan langkah-langkah dan mendorong semua mitra kami untuk mempercepat tindakan mereka dalam memerangi perubahan iklim," kata pernyataan bersama pemimpin Eropa, seperti dikutip laman The Guardian, Jumat (2/6).

Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam sebuah pidato di Istana Elysee, menyesalkan keputusan AS menarik diri dari kesepakatan iklim Paris. Namun, ia yakin bahwa keputusan yang diambil Trump itu merupakan kesalahan.

"Saya menghormati keputusan ini (AS tarik diri dari kesepakatan iklim), tapi saya pikir ini kesalahan untuk keduanya, bagi AS dan planet kita," ujarnya.

Sebab, sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia, menurut Macron, AS seharusnya terikat dengan kesepakatan iklim Paris. Karena dengan demikian, kondisi bumi ke depan dapat lebih baik. "Di manapun kita hidup, siapapun kita, kita semua berbagi tanggung jawab yang sama, yakni membuat bumi kita baik lagi," ucap Macron.

Kesepakatan iklim Paris berisi sejumlah ketentuan yang cukup komprehensif terkait perubahan iklim. Kesepakatan yang dibuat pada 2015 tersebut, mengharuskan negara-negara terlibat atau terikat untuk mengurangi emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Sekitar 147 negara, termasuk AS, telah menandatangani kesepakatan iklim tersebut. Hanya terdapat dua negara yang abstain, yakni Suriah dan Nikaragua.

Pada Kamis (1/6), Trump memutuskan untuk menarik AS dari kesepakatan tersebut. Ia mengaku keberatan dengan ketentuan di dalam kesepakatan dan menuding bahwa kesepakatan itu merupakan tipuan yang dibuat Cina.

Trump menghendaki agar kesepakatan iklim Paris dapat dirombak kembali. "Kami akan bergerak untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih adil dan tentunya tidak merugikan bisnis serta semua pekerja di AS," ujarnya.

Keputusan Trump menarik AS dari kesepakatan iklim dikritik sejumlah tokoh dalam negeri AS. Salah satunya mantan presiden Barack Obama. Ia menyesalkan keputusan yang dibuat olehTrump. "Pemerintahan (AS) yang baru telah bergabung dengan segelintir negara yang menolak masa depan," kata Obama.

Kendati menarik diri dari kesepakatan iklim, namun menurut Obama, negara bagian AS, kota, dan dunia bisnis akan mengambil langkah yang bertentangan dengan Trump. "Mereka akan melangkah maju dan melakukan lebih banyak lagi untuk memimpin jalan dan membantu melindungi generasi penerus satu planet yang kita miliki," ucapnya.

Mantan wakil presiden AS Al Gore menyebut keputusan Trump menarik diri dari kesepakatan iklim sangat ceroboh. "Keputusan itu sembrono dan tidak dapat dipertahankan," ujar Al Gore.

Salah satu pebisnis AS, yakni CEO General Electric Jeff Immelt juga menyesalkan keputusan Trump terkait kesepakatan iklim. "Perubahan iklim itu nyata dan industri haru memimpin sekarang," katanya.

Pejabat tinggi perubahan iklim Uni Eropa, Miguel Arias Canente, mengatakan penarikan AS dari kesepakatan iklim Paris merupakan hari yang menyedihkan bagi masyarakat global. Namun, Uni Eropa, kata dia melanjutkan, tampaknya akan mencari aliansi baru, termasuk merangkul negara bagian, bisnis, serta individu AS yang mendukung kesepakatan iklim Paris. (Kamran Dikarma)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement