REPUBLIKA.CO.ID, HALMAHERA – Ramadhan kali ini, Lembaga Amil Zakat Nasional-Baitul Maal Hidayatullah (LAZ BMH) mengirimkan tim untuk bersilaturrahim dan berbaur dengan masyarakat Suku Togutil di Desa Woda, Kecamatan Oba, Kabupaten Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Kegiatan tersebut berlangsung dua hari, yakni Selasa-Rabu (6-7 Juni 2017).
"Misi kali ini berupa buka puasa bersama dengan warga Suku Togutil sekaligus penyerahan bantuan yang langsung dilakukan di bivak mereka yang berada di tepi sungai yang masih masuk wilayah Desa Woda," ungkap dai tangguh BMH di Maluku Utara, Nur Hadi dalam rilis BMH yang diterima Republika.co.id, Rabu (7/6).
Nur Hadi menambahkan, pada Selasa (6/6) malam, tepat setelah buka puasa bersama dan shalat Maghrib, mereka yang belum bersyahadat langsung dibimbing membaca kalimat syahadat oleh Ustadz Supriadi. Ia adalah mitra dai tangguh BMH dalam membina masyarakat Suku Togutil.
Direktur Program dan Pendayagunaan BMH Pusat Dede Heri Bachtiar mengungkapkan, prosesi syahadat berjalan penuh khidmat disaksikan oleh seluruh jamaah Masjid Nurul Huda di Desa Woda.
"Pada gelombang pertama bantuan diterima oleh 60 warga yang terdiri dari anak-anak, remaja dan ibu-ibu warga Suku Togutil," ungkap Dede Heri Bachtiar.
Untuk bisa ke bivak dimana sebagian masyarakat Suku Togutil ini tinggal, tim berangkat dengan menggunakan truk dan dikawal seorang aparat kepolisian. Perjalanan tersebut menempuh jarak sekitar 15 km dengan kondisi jalan penuh lubang dan genangan bekas hujan.
Setiba di lokasi, suku Togutil sudah menunggu di tepi sungai dan prosesi penyerahan pun segera dilaksanakan. "Pembagian sepenuhnya diatur oleh Bapak Udu, sebagai pihak warga Desa Woda yang mampu berkomunikasi dengan Suku Togutil dan terbilang orang yang orang Togutil pun nyaman berkomunikasi dengan Pak Udu," ungkap Dede.
Lepa, salah seorang penerima manfaat mengaku senang. "Senang, sekarang Islam, sekarang dapat ini (bantuan)," ujarnya sembari tersenyum.
Sekalipun terasing, Suku Togutil yang tinggal di hutan Desa Weda termasuk unik. "Mereka awalnya memang keras. Tetapi begitu kenal dan dibimbing secara perlahan, mereka ternyata sangat luar biasa. Sekalipun lapar, mereka tidak pernah mengeluh," tutur Nur Hadi.
Dede mengemukakan, secara umum, program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat Suku Togutil secara berkelanjutan ini masih membutuhkan waktu panjang dan energi tidak kecil.
"Perlu dukungan langsung dari semua pihak, tidak terkecuali pemerintah, agar masyarakat Suku Togutil bisa hidup sebagaimana mestinya. Terlebih ini sangat erat dengan spirit mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanah UUD 1945," ungkap Dede.
Untuk jangka pendek, Laznas BMH bersama pihak yang peduli berencana membangun rumah singgah di Sofifi. Lokasi seluas dua hektar itu tidak jauh dari kantor dinas pertanian Maluku Utara. Dengan demikian, sembari dibina, mereka bisa sekaligus dilatih bercocok tanam.
"Sejauh ini, perangkat Desa Woda memberikan saran agar mereka dilatih menanam singkong. Pihak desa bersama masyarakat akan mencoba mencarikan pasarnya, sehingga warga dapat hidup lebih baik. Untuk program jangka pendek, ini nampaknya mungkin mesti perlu penelusuran lebih menyeluruh," tutur Dede.
Suku Togutil adalah suku terasing yang tinggal di hutan dan tersebar secara berkelompok dengan karakter yang berbeda-beda. "Dan, yang masuk Islam bersama dai tangguh BMH ini, baru sebagian kecilnya saja," ujar Dede.
"Semoga dengan terbinanya sebagian kecil dari Suku Togutil ini, program mencerdaskan kehidupan bangsa yang dapat memutus rantai kebodohan dan kemiskinan benar-benar dapat diwujudkan di sini," pungkas Dede.