REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Zurich Insurance Indonesia mulai bertahap mengubah fokus ke segmen ritel. Perubahan fokus itu dilakukan lantaran segmen ritel dinilai memiliki potensi yang sangat besar. Sedangkan khusus untuk asuransi properti di luar bisnis global, saat ini terdapat sekitar 35 persen dari pendapatan premi properti Zurich yang bersumber dari segmen ritel dan UKM.
"Kami yakin dengan kombinasi edukasi dan produk yang tepat, pemahaman akan pentingnya asuransi properti akan semakin meluas,” ujar Corporate & Commercial Director PT Zurich Insurance Indonesia Wirahadi Suryana dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (8/6).
Sejak beberapa tahun terakhir Zurich juga serius berupaya merangkul peserta asuransi dari segmen pelaku UKM. Untuk itu, Zurich menyediakan produk Zurich Business Guard yang didesain khusus untuk memberikan proteksi bagi pengusaha UKM,termasuk perlindungan properti.
Zurich Business Guard mencakup berbagai jenis usaha toko, fasilitas penginapan, fasilitas kesehatan, kantor, restoran dan sarana pendidikan dengan nilai pertanggungan hingga maksimal Rp 20 miliar.
Salah satu keunggulan lain dari produk asuransi properti Zurich yang belum banyak dimiliki oleh asuransi lainnya adalah layanan Risk Engineering. Ini merupakan layanan konsultasi tambahan kepada nasabah Zurich berupa konsultasi manajemen risiko, yang bertujuan untuk mengendalikan risiko dan menekan potensi kerugian.
Layanan tersebut mulai dari pemberian saran-saran praktis untuk mencegah bahaya kebakaran hingga risiko yanglebih kompleks seperti pengendalian banjir di lingkungan industri. “Banyak orang beranggapan bahwa asuransiproperti itu mahal. Padahal jika dihitung-hitung,perbaikan atas properti yang rusak karena terkenamusibah dan tidak diasuransikan jauh lebih mahal. Dengan mengasuransikan properti bisnis yang kit amiliki, secara tidak langsung kita juga mengamankan investasi jangka panjang kita,” kata Wirahadi.
Kesadaran UKM terhadap pentingnya asuransi masih berbanding terbalik dengan risiko-risiko yang harus dihadapi. Data Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) 2013 mencatat hampir 90 persen pelaku UKM di Indonesia belum terlalu memikirkan soal asuransi untuk melindungi bisnis mereka.
Di balik tantangan dari sisi pemahaman asuransi masyarakat yang belum cukup tinggi, Zurich melihat pasar asuransi di Indonesia sebagai pasar yang sangat prospektif.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), pertumbuhan premi asuransi harta benda atau properti pada kuartal I/2017 sempat mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,7 persen.
Namun di sisi lain, asuransi properti memiliki potensi besar untuk terus tumbuh di masa depan. Terutama,melihat besarnya upaya dan dukungan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor properti diIndonesia dan penetrasi asuransi properti yang masih rendah.