REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH - Ramadhan, bulan dimana umat Islam tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk memperbaiki hubungan dan membangun ikatan persaudaraan dengan semua orang. Semangat persaudaraan ini semakin terlihat pada pertemuan puasa bersama.
Namun, pertemuan yang ada di Makkah dan Madinah berbeda. Dimana jutaan umat Islam dari seluruh dunia bertemu untuk menghabiskan bulan penuh berkah dalam suasana kesalehan dan kebajikan
Memang, buka puasa di Masjid Nabawi merupakan pengalaman menggembirakan bagi ratusan ribu peziarah dan pengunjung yang datang ke kota dari segala pelosok dunia Islam. Orang-orang dari berbagai bangsa, strata sosial yang berbeda dan semua lapisan masyarakat duduk bersama untuk berbuka puasa di dalam masjid maupun halamannya.
Suasana sosial dan harmoni semacam itu tidak dapat disaksikan di tempat lain di dunia yang menghalangi Masjidil Haram di Makkah. Dilansir dari Saudi Gazette, Jumat (9/6), setiap hari, makanan buka puasa disajikan kepada ratusan ribu peziarah dan pengunjung ke dua masjid suci dengan kerja sama organisasi amal dan juga dermawan.
Abdullah Al-Shamrani bertugas mengatur makanan buka puasa di halaman Masjid Agung, sebuah kegiatan yang diawasi oleh Kepresidenan Dua Masjid Suci. "Kami bekerja tanpa henti untuk memastikan bahwa makanan buka puasa disajikan tepat waktu kepada umat Islam yang datang dari seluruh belahan dunia untuk melakukan umrah di Makkah,” katanya.
"Semua kolega saya diberi lisensi oleh Penguasa Dua Urusan Masjid Suci dan mengikuti kriteria ketat dalam mengatur makanan. Tidak ada sisa makanan yang dibuang dan didistribusikan di kalangan orang miskin dan membutuhkan di Makkah,” lanjut Al-Shamrani.
Di bulan Ramadhan sebelumnya, iftar tidak diatur seperti sekarang. Makanan didistribusikan dengan cara yang serampangan, banyak jamaah berkerumun serta perilaku yang tidak diinginkan di dalam dan di luar Masjidil Haram. Berbeda dengan sekarang, makanan tersebut didistribusikan ke puluhan ribu orang secara terorganisir dan dalam waktu singkat.
Abdulwahid Al-Hattab, seorang penasihat di agensi yang bertanggung jawab atas Masjid Nabawi. Dia mengatakan, orang-orang Madinah sangat ingin menyumbangkan uang untuk memberikan makanan berbuka puasa kepada orang-orang Muslim yang mengunjungi Masjid Nabawi di bulan Ramadhan.
Makanannya diatur di dalam masjid dan halamannya, yang mencakup kurma, jus, kopi, air, yoghurt dan roti. Lokasi makanan buka puasa dipilih dengan hati-hati di halaman utara, timur dan barat untuk memastikan kelancaran gerakan para pemuja dan mencegah keramaian.
"Setiap hari kami melayani lebih dari 100.000 makanan buka puasa untuk para pengunjung Masjid Nabawi," katanya.
Sejumlah besar pemuda secara sukarela membantu mengatur makanan buka puasa. Mereka menghadiri program pelatihan yang ditawarkan oleh presiden untuk siapa saja yang bersedia membantu mengatur makanan.